AGITASI.ID – Kecantikan merupakan sesuatu yang dianggap melekat dan menjadi pesona kaum perempuan. Cantik didefinisikan sebagai hal-hal yang indah dan menarik. Menjadi cantik merupakan cita-cita hampir semua perempuan di muka bumi, memiliki kulit putih seperti kapas, body bahenol seperti gitar Spanyol, dan hidungnya pun lancip seperti jarum pentul.
Pertanyaannya, apakah menjadi cantik saja cukup di era penduduk padat apalagi persaingan dunia kerja yang amat ketat? dulu memang iya sebelum ada skrincare dan oplas yang kini sudah dinormalisasi tentu perempuan cantik sangatlah langka, gak percaya ? coba buka tik tok atau Instagram pasti bejibun.
Menjadi perempuan ternyata tidak mudah. Wanita cantik di jaman now masih dibutuhkan keberuntungan extra. Perempuan cerdas atau punya keahlian khusus akan lebih dicari, ketimbang hanya mengandalkan paras. Apalagi, hari ini yang ingin hidup nyaman, tidak hanya perempuan saja, Laki-laki juga ingin.
Makanya untuk mewujudkan kenyamanan dalam hidupnya, mayoritas laki-laki lebih tertarik kepada perempuan yang mandiri, produktif, dan bisa diajak diskusi. Jadi lelaki yang peduli pada depannya, tak hanya bisa bertanya “kamu sayang aku nggak?’’. Karena itu, bisa hancur Nasib perempuan yang hanya mengandalkan cantik saja. Zaman sudah berubah, ma’afin zaman ya cantik!
Menjadi perempuan yang bisa berkiprah di berbagai bidang, baik ekonomi, sosial, hingga politik seperti tokoh pahlawan Indonesia R.A Kartini yang bertata krama, pantang menyerah, senang belajar, dan tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan, tak mudah. Pada era yang sangat maju ini dibutuhkan Kartini-Kartini muda untuk melanjutkan perjuangkan agar perempuan pribumi terus bisa mendapatkan kebebasan menuntut ilmu dan memiliki kesetaraan dengan laki-laki.
Bahkan telah banyak tokoh feminis dunia yang sering didengar, dapat kita teladani pikiran dan kiprahnya. Aminah Wadud (1952) misalnya, seorang sarjana dari Amerika Serikat yang memperjuangkan kesetaraan gender dalam penafsiran Al Qur’an, menolak penafsiran patriarki dalam teks-teks keagamaan.
Ada juga Nawal El Saadawi (1931), perempuan penulis dan aktivis feminis asal Mesir penulis buku berjudul “The Hidden Face Of Eve’’. Ia membahas tentang penindasan terhadap perempuan, pejuang kesetaraan perempuan dibidang Kesehatan, Pendidikan, dan politik. Tentu mereka adalah sosok ideal yang dapat dijadikan role model untuk Gen Z atau bahkan Gen Alpha, agar tidak hanya mahir bersolek-solek dan foto miror di toilet bioskop.
Jika kita kaji lebih dalam, dampak kurangnya sumber daya Pendidikan pada perempuan telah nyata dapat mengakibatkan berbagai hambatan. Salah satu contohnya, dalam bidang ekonomi, kurangnya keterampilan akan kelompok Perempuan tak akan mendapatkan pekerjaan yang layak. Mereka akan terus rentan mendapatkan kekerasan dan eksploitasi, terhalang untuk ikut berpartisipasi atau pengambilan sebab tak berdaya melawan budaya patriarki.
Hal demikian diperparah lagi dengan masalah perempuan dalam perannya sebagai ibu. Menjadi seorang ibu, bermodal cantik saja tidak cukup untuk bekal parenting yang ideal. Anak yang cerdas lahir dari ibu dengan kecerdasan emosi yang baik. Dan itu semua terjadi ketika kedua orang tuanya mengerti peranan penting dari masing-masing.
Telah dimafhum secara ilmiah, kecerdasan anak diwarisi dari sang ibu hal ini didukung oleh ilmuan yang menemukan bahwa kromosom X bertanggung jawab atas kecerdasan seorang anak. Wanita memiliki dua kromosom X dan laki-laki hanya memiliki satu kromosom X. Jadi, sebagai perempuan harus semaksimal mungkin memanfaatkan kesempatan ini karna berpeluang dua kali lipat untuk mewariskan kecerdasan kepada anak dibandingkan dengan laki-laki.
Jika dibayangkan mungkin tidak begitu mustahil, perempuan hari ini bisa mewarisi kecantikan otak dan sikap dari tokoh-tokoh di atas. Karena seksinya perempuan bukan hanya dia yang montok ataupun semok, tetapi juga seksi dalam gagasan dan pola pikirnya sebagai modal bergerak menjemput perubahan.
Bisa dipastikan, jika peran perempuan maksimal, tidak akan terdengar lagi praktik marginalisasi, subordinasi dan stereotip di masyarakat. Dengan kata lain, jika perempuan tak hanya cantik dari segi fisik tetapi juga cantik otak, tentu dapat merubah peradaban dunia. Tidak heran, banyak laki-laki memilih perempuan yang tidak sekedar cantik tetapi juga cerdas karnamenikah 80% cuman ngobrol dan problem solving.