Jember, Agitasi.id – Ramainya lalu lalang kendaraan di pusat Kabupaten Jember, ada seorang lansia yang tetap kokoh berduduk manis menanti para pembelinya. Muhammad, warga Desa Sukorambi yang tak pernah merasa bosan untuk terus berjualan buah pisang. Hari demi hari, ia habiskan untuk berjualan di pinggir jalan demi bertahan hidup.
Usianya memang telah mencapai lebih 1 dekade. Tetapi, sama sekali tidak menyurutkan semangat dalam menafkahi keluarganya. Dia percaya bahwa rezeki akan datang dari arah manapun. Dirinya akan tetap berjualan selagi masih sehat, meskipun sekarang pendengarannya sudah mulai terganggu.
Pundi-pundi penghasilan dari jualan buah pisang, ia curahkan demi berlangsungnya hidup. Di sisi lain, juga untuk cucunya yang tengah menimba ilmu di pondok pesantren. “Sebenarnya, saya gak dibolehin jualan sama anak saya. Tapi, demi cucu tetap sekolah dan saya masih sehat, saya memaksa bekerja,” ujarnya penuh tabah, kepada Agitasi, Kamis (01/05/2025) pekan lalu.
Lansia 4 anak tersebut, tinggal seorang diri. Sebab, isteri yang ia cintai sudah lama tutup usia. Sebagaimana laki-laki pada umumnya, isteri sebagai tempat ia pulang dan berkeluh kesah telah tiada. Walaupun hidup tanpa penyemangat, ia tetap tersenyum dan melanjutkan hidup meski tanpa pendamping.
“Kalau gak kerja tuh gak enak, kayak ada yang kurang. Ya, meskipun udah gak kuat buat keliling, jualan sama mikul. Jadi, ya cuma di sini duduk sampai jualan saya habis. Kadang pindah ke depan masjid,” tuturnya dengan senyum tipis.
Ia mulai berjualan dari jam 5 subuh sampai jam 11 malam. Namun biasanya, pulang lebih awal ketika dagangan sudah habis. “Saya pulang biasanya jam 4 sore, habis asar kalau dagangan ini wes habis. Kalau gak habis, ya pulang paling malam jam 11 an, naik ojek,” ucapnya dengan bibir merekah.
Muhammad tak pernah menyalahkan keadaan. Tetap berjualan, tidak patah semangat dalam menjalani kehidupan. Ia bekerja kadang diantar oleh anaknya, meskipun telah dilarang untuk berjualan, tapi tekadnya besar dalam mengais rezeki. Bahkan, mempunyai prinsip untuk tidak menggantungkan kehidupannya kepada orang lain, apalagi dengan cara meminta-minta.
Ditemani malam yang dingin, dirinya tetap setia menunggu pembeli datang sampai larut malam. Ia tetap bersyukur, terkadang harus pulang dengan tangan kosong, karena buah pisang jualannya tak terbeli sama sekali. Wajah teduh penuh semangat diiringi tawa kecil, menjadikan ia harus tetap melanjutkan hidup.
Muhammad menitih jualannya mulai sejak belum ada lampu di Kabupaten Jember. Bersama istrinya, ia berkeliling menjajakan buah pisang, demi menghidupi 4 anaknya. Selain berjualan, ia juga memiliki ternak sapi yang dipelihara oleh anaknya.
Kisah Muhammad menjadi salah satu potret kecil dari banyaknya kisah yang tak tercatat dalam gemerlapnya peradaban. Ia adalah sosok yang mengajarkan arti ikhlas dan sabar, dalam menghadapi tuntutan kehidupan yang tak pernah lepas dari berbagai cobaan hidup.
Kontributor: Asri Lailatus Sa’adah
Editor: Fadli Raghiel