Jember, Agitasi.id – Anak yang dibesarkan di keluarga seniman, Made Dianasari Anyakrawati atau akrab disapa ‘Keke’, terus melestarikan warisan nilai kesenian yang ditinggalkan oleh ayahnya I Ketut Sugama. Ia adalah orang Bali yang meniti karir di Kabupaten Jember. Saat setelah menjalankan ibadah haji nama Ketut Sugama berubah, menjadi Haji Muhammad I Ketut Sugama Fatuba Lil Ghurabah. Seorang pelukis kondang yang menjadi nama galeri lukisan di Kabupaten Jember.
Di era merosotnya kecintaan dan kepedulian masyarakat Jember pada kesenian. Ada sebuah bangunan kokoh di pojok gang Lingkungan Sumberdand, Kebonsari, Kecamatan Sumbersari yang mengabadikan karya lukis bernama Galeri Ketuts.
Galeri Ketuts berdiri sejak tahun 2014. Dibangun dengan semangat dan penuh pengorbanan oleh mendiang Ketut. Tempat di mana menularkan ilmu dan melukis. Selain itu, sebagai saksi bisu perjalanan spiritualnya. Sebab, dirinya juga berdakwah lewat lukisan dan puisi yang ia tekuni, bahkan dikenal sebagai pelukis beraliran impresionism.
“Ayah saya selain senang melukis, beliau juga berdakwah di tempat ini, menyalurkan ilmu agamanya ke orang lain. Spiritual beliau kepada penciptanya sangat tinggi, sampai-sampai saat beliau melukis, tangan kirinya memegang tasbih, sedangkan tangan kanannya melukis. Beliau juga mengajarkan bahwa setiap yang dilakukan manusia adalah kehendak Allah, menggerakkan jari pun atas izin-Nya,” tutur Keke anak ke 2 dari mendiang Ketut, kepada Agitasi, Minggu (11/05/2025).
Dalam perjalanan pendidikannya, mendiang Ketut merupakan mahasiswa Universitas Jember. Merantau dari Pulau Bali demi menyuburkan pengetahuan tentang seni di Jember. Kiprah mendiang Ketut dalam kesenian lukisnya berupaya agar terdengar hingga ke luar negeri.
Saat setelah Ketut Sugama wafat pada tahun 2019 silam. Galeri Ketuts juga ikut sepi dan sempat vakum karena tidak ada yang meneruskan.
Namun, pada tahun 2022 Keke berinisiatif untuk meneruskan galeri itu dengan memamerkan karya lukis dari ayahnya. Ia kemudian bertemu dengan Muhammad Rizal Herlambang dan teman-temannya yang mempunyai minat terkait seni saat jadi pengunjung pameran tersebut. Mereka hingga kini dengan rajin merawat Galeri Ketuts. Karya-karya mendiang Ketut mempunyai nama tersendiri yaitu “Exhibition in Memorial Ketut”.
“Selain karya almarhum Pak Ketut yang dipamerkan di sini, masih ada karya-karya yang lain, seperti karya anak-anak yang belajar lukis di Galeri Ketuts. Dan kemaren, pada tahun 2023 kita mengadakan pameran tentang ‘Ngunduh Mantu’. Tradisi pemantenan di dalam adat Jawa, hal itu di lakukan 1 tahun sekali, karena merasa capek akhirnya diubah menjadi 2 tahun sekali,” kata Muhammad Rizal Herlambang yang biasa dipanggil Embang itu.
Tidak berhenti di situ. Adanya Galeri Ketuts sekaligus memberikan informasi kepada masyarakat Jember, bahwa ada seorang seniman yang handal dan impresionis. Mirisnya, hanya segelintir orang yang mengetahui akan hal tersebut, sehingga minim atas pengetahuan terhadap seni.
“Temen-temen yang punya passion di seni, entah itu seni gerak, seni melukis, dan seni lainnya, kalau seni suara masih belum ada. Kemudian mereka bertemu dan berinteraksi dengan kita, insyaAllah teman-teman di sini bisa menjadi penyemangat dan mewadahi. Agar Galeri Ketuts ini bisa menjadi tempat edukasi seni, kami usahakan kami bisa,” kata Keke dengan nada suara yang penuh semangat.
Mempertahankan dan melestarikan sebuah kesenian tentu sangat berat. Di lain sisi, ada jatuh bangunnya untuk terus konsisten mengenalkan warisan-warisan seni pada masyarakat. Tujuannya, agar karya dari seniman yang sangat luar biasa, tidak mati ditelan zaman dan terus dikenang lewat pameran seni. Galeri Ketuts merupakan salah satunya.
“Galeri Ketuts ini tidak hanya pameran saja. Tapi, di sini kita juga lebih memberikan edukasi kepada anak-anak, remaja, dan umum untuk belajar kesenian. Karena di sini, kita juga buka kelas tari dan juga bagi yang suka menggambar dan melukis,” kata Muhammad Rizal Herlambang yang menjadi Sekretaris Galeri Ketuts.
Kiranya cukup tidak berlebihan dalam menghidupkan sebuah karya. Jika ternyata bisa dengan menyalurkan ilmu kepada orang lain yang mempunyai semangat dalam kesenian, memberikan wadah dan ruang kepada anak-anak yang ingin belajar melukis, menari dan ragam seni lainnya. Sebab, mencintai kesenian adalah salah satu cara menebarkan kebaikan.
Kontributor: Asri Lailatus Sa’adah
Editor: Fadli Raghiel