Momen Kelulusan Siswa Sekolah, Bukan Ajang Pamer Konten Joget!

Grafis: Aris/Agitasi

AGITASI.ID – Momen kelulusan sekolah merupakan agenda yang kerap kali ditunggu oleh setiap siswa kelas akhir, baik mulai dari tingkatan dasar maupun menengah ke atas. Memang wajar kalau di momen ini, diselimuti rasa kebahagiaan dan kesedihan saat perpisahan antara siswa dan para gurunya. Tetapi, di era serba digital ini, momen kelulusan sekolah justru jadi ajang pamer konten joget antar alumnus.

Padahal, momentum kelulusan menjadi hari perayaan atas perjuangan yang telah dilalui selama menempuh jenjang pendidikan. Oleh karenanya, kerap kali siswa-siswi kelas akhir telah membuat konsep perpisahan, dengan perayaan yang dipandang akan senantiasa terkenang dalam ingatan.

Bacaan Lainnya

Belakangan ini, jagat maya dihebohkan dengan sebuah konten video kelulusan siswa dari SMKS Zainul Hasan, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember. Konten tersebut viral di media sosial karena telah ditonton hingga lebih dari 1,1 juta kali.

Dalam konten video tampak ada satu siswa dan siswi bergantian mengomando gerakan ala joget-joget Tik-tok, lalu diikuti oleh segerombolan siswa-siswi di belakangnya. Tak luput pula, suara gemuruh siswa-siswi dan lampu kerlap-kerlip menambah kemeriahan konten video tersebut.

Fenomena ini dengan cepat menyebar ke berbagai media sosial, mengundang beragam reaksi dari netizen. Beragam komentar pun dilontarkan, mulai dari menganggapnya hanya hiburan, hingga mengkritik karena kurang pantas dalam konteks kelulusan.

Salah satu komentar paling greget tertulis, “Generasi gak hafal perkalian.” Selain itu ada juga yang nyinyirin begini, “Jangan-jangan ada yang gak hafal Pancasila.

Baca Juga :  Bisnis Translate Abstrak UPB UIN KHAS Jember, BLU atau Kapitalisasi Pendidikan?

Adanya komentar tersebut, tentu berkaitan dengan banyaknya konten yang beredar di media sosial. Sebab, tingkat pemahaman siswa terhadap pengetahuan-pengetahuan dasar masih rendah, seperti perkalian, penjumlahan dan pengurangan.

Pastinya, konten video yang demikian menjadi tamparan bagi generasi muda dalam memaknai momen-momen penting semasa hidup mereka. Sayangnya, kini bergeser menjadi kesempatan untuk mendatangkan popularitas instan di dunia maya.

Memang tidak ada salahnya merayakan kelulusan dengan sukacita. Bahkan, ekspresi kegembiraan jadi hal wajar dan lumrah.

Namun, yang menjadi persoalan adalah ketika perayaan itu, lebih menekankan pada upaya mencari sensasi atau viralitas semata, tanpa mempertimbangkan moral, etika, dan nilai-nilai pendidikan yang seharusnya menyertai proses kelulusan.

Joget-joget ala Tik-tok yang ditampilkan dalam konten video tersebut memang mengikuti tren. Tapi, di mata sebagian masyarakat, hal itu justru mencederai esensi dari momen kelulusan, sebagai simbol keberhasilan akademik sekolah dan pendidikan.

Lebih dari itu, viralnya konten video semacam itu mencerminkan tantangan baru bagi dunia pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan dan etika kepada siswa.

Jika tren seperti itu terus dibiarkan tanpa arahan, bukan tidak mungkin generasi muda akan lebih mengutamakan pencapaian popularitas digital, dibandingkan dengan pencapaian intelektual dan moral.

Selain itu, masyarakat perlu lebih kritis dalam menyikapi konten viral. Tidak semua yang viral itu layak ditiru dan dibanggakan. Justru bisa memulai dengan membangun budaya digital yang lebih sehat. Di mana nilai edukasi, etika, dan sosial-budaya tetap menjadi fondasi utama, bahkan di dunia maya yang serba cepat dan instan.

Pada akhirnya, momen kelulusan memang hak setiap siswa untuk dirayakan. Hanya saja, esensinya sebagai tanda pencapaian akademik dan langkah menuju kedewasaan nalar harus tetap dijaga.

Baca Juga :  MARKETPLACE GURU? GIMANA SIH?

Viralitas boleh saja dicapai, tetapi nilai-nilai pendidikan jangan sampai dikorbankan.

Oleh karena itu, sudah saatnya mengembalikan lagi makna perayaan kelulusan siswa-siswi di sekolah, agar nantinya menjadi bekal yang membentuk karakter generasi muda di masa depan.

Kontributor: Nur Mailin Agustina

Editor: Fadli Raghiel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *