Mengadopsi Sistem Pembelajaran Holistic School, Rumah Pintar Jember Beri Pendidikan untuk Anak Putus Sekolah

Grafis: YESI/AGITASI

Jember, Agitasi.idTetes demi tetes air hujan mengguyur tanah, membasahi ranting pohon di bahu jalan. Suara gelak tawa anak-anak desa terdengar nyaring di dekat sawah pedesaan. Tawa yang mengandung seribu cita itu, berasal dari ruang belajar ‘Rumah Pintar’. Bangunan kokoh itu, menyimpan harapan penerus bangsa, yang berdiri untuk mengurangi potensi putus sekolah.

Rumah Pintar yang berada di Dusun Sumberpinang, Desa Karangharjo, Kecamatan Silo, Jember, itu sangat membantu anak-anak desa agar tetap mendapatkan pendidikan secara layak.

Bacaan Lainnya

Sebab, Rumah Pintar telah mewadahi anak-anak yang putus sekolah dan terkendala faktor ekonomi saat melanjutkan pendidikan. Bahkan, ijazah lulusan dari Rumah Pintar sudah setara dengan sekolah formal lainnya.  

Hari-hari yang dilewati selalu menjadi momen menyenangkan bagi Samsul Hadi Saputra dan istrinya, dalam mengembangkan Rumah Pintar. Waktu yang terus berjalan, kini Rumah Pintar sudah 9 tahun berdiri (dihitung sejak 2016), mencetak generasi penerus bangsa.

Semangat dalam membangun dan mengembangkan Rumah Pintar, telah berhasil meluncurkan dua program. Pertama, Taman Belajar Mingguan (TBM). Kedua, sekolah kesetaraan yang sudah memenuhi syarat dan ketentuan dari pemerintah.

“Berdirinya kami dari tahun 2014 sebagai rumah baca, yang mana kegiatannya hanya meminjamkan buku gratis atau les gratis. Setelah berjalan dua tahun di rumah pribadi, kami yang hanya memanfaatkan ruang tamu. Kami ingin sebenarnya jadi riset kecil, apakah benar benar dibutuhkan oleh warga. 2016 kami memutuskan mencari tempat yang lebih luas berkembanglah menjadi TBM, salah satu program turunannya Sekolah Alam. Nah, setelah 2016, 2018 kita mengembangkan lagi ke PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), yang itu bisa memberikan ijazah setara bagi mereka yang tidak sekolah,” kata Samsul Hadi Saputra selaku Pendiri Rumah Pintar, kepada Agitasi, pada Jum’at (16/05/2025) sore hari menjelang maghrib.

Baca Juga :  PC PMII Jember Garap Film Dokumenter Bertajuk ‘Redup Bumi Pandalungan’, Bukti Nyata Konflik Tata Ruang di Jember Masih Belum Tuntas

Rumah Pintar Jember dengan tagar ‘Inspirasi dari Pelosok Negeri’, mempunyai sistem pembelajaran yang berbeda daripada sekolah pada umumnya.

“Sekolah Alam ini, selama ini kami namakan dengan TBM (Taman Belajar Mingguan). Jadi Sekolah Alam TBM ini, pembelajarannya mengadopsi sistem Holistic School. Di Holistic School itu bagaimana dalam satu tatap muka, seminggu sekali kita bisa menyentuh tiga aspek sekaligus, Intelektual, Spiritual dan Emosional. Contoh gambaran teknisnya misalkan, jam dua sampai jam empat, itu kita fokus pada Intelektual Question Problem Solving. Kemudian Intelektual Question atau Problem Solving itu akan berhenti ketika adzan ashar, untuk apa? Untuk memberi waktu sholat kepada anak-anak. Nah itu untuk menyentuh aspek spiritualnya. Nah, setelah aspek Spiritual Question baru kita ke aspek emosional, kalau Emosional Questionnya itu lebih kepada Outbound Learning,” ungkap Samsul pekan lalu.

Angin sepoi-sepoi membuat dedaunan bergoyang manja. Awan gelap yang menyelimuti bumi, tidak mematahkan semangat anak-anak desa dalam menimba ilmu di Rumah Pintar.

Tak mengenal lelah, usia, ataupun jarak, tujuan mereka hanya untuk menghilangkan kebodohan dan menggali kepintaran.

Sebagai turunan program TBM, Rumah Pintar telah menyediakan program Sekolah Alam. Suatu program tematik, yang karakteristiknya lebih kepada ketahanan pangan. Program itu diambil dari isu pangan terkini dan mengenalkan pertanian berbasis agroteknologi.  

“Kalau di sini sebenarnya karakteristiknya lebih kepada ketahanan pangan. Kenapa ketahanan pangan? Yang pertama, saya lihat isu pangan ini sudah strategis ke depan. Di mana kita tahu bahwa Indonesia dijajah, soalnya bukan karena tambang sebenarnya, tapi karena rempah-rempah. Artinya pangan itu menjadi akses yang sangat dibutuhkan, dan desa ini menjadi salah satu lahannya yang berkurang karena pembangunan. Orang-orang pasti sudah melihat kan soal bertani mereka sudah mahir. Nah, karena itu kami tidak mengenalkan pertanian konvensional, tetapi mengenalkan pertanian yang berbasis agroteknologi,” ujarnya.

Baca Juga :  MARKETPLACE GURU? GIMANA SIH?

Mendirikan ruang belajar dengan kemandirian finansial memang tidak mudah, termasuk adanya fasilitas di Rumah Pintar yang tanpa campur tangan pemerintah.

“Kalau Rumah Pintarnya sendiri kami tidak ada investor, tapi ada beberapa orang yang donatur tidak terikat. Kalau inisiatornya saya. Nah, tapi kalau orang yang berperan banyak, tentu publik ada donatur-donatur tidak terikat,” katanya.

Kontributor: Syarifah D.R. Nadiyah

Editor: Fadli Raghiel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *