Jember, AGITASI.ID – Tambak udang milik PT. Delta Guna Sejahtera (DGS) telah ditutup paksa oleh warga Desa Kepanjen dan Mayangan, Kecamatan Gumukmas. Keberadaan tambak udang yang sudah lama itu, cukup meresahkan warga sekitar, karena limbahnya menyebabkan kerusakan lingkungan.
Aksi penutupan tambak udang, berawal dari laporan warga Desa Kepanjen dan Mayangan yang tidak ada tindakan tegas dari pihak DPRD dan pemerintahan Kabupaten Jember.
Meskipun dari pihak DPRD Jember pernah memberi rekomendasi penutupan sementara, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada Selasa (18/03/2025) ternyata tidak terlaksana. Warga yang tergabung dalam Kelompok Perjuangan Masyarakat Kepanjen (KPMK), kemudian mendatangi DPRD dan kantor pemerintahan Kabupaten Jember, untuk managih janji soal penutupan tambak udang, pada Selasa, 29 April 2025.
Namun, masih saja tak kunjung segera mendapat respon. Tiba di waktu siang hingga sore dengan bebarengan turunnya hujan, pintu depan perusahaan tambak udang, terpaksa harus tertempel banner yang bertuliskan, “PT. DGS DITUTUP” pada Jum’at, 9 Mei 2025.
“Memang tadi masyarakat Mayangan dan Kepanjen melakukan penyegelan paksa kepada pihak tambak PT. Delta Guna Sukses (DGS). Jadi, tadi itu kita melakukan aksi, selain itu kita melakukan penyegelan pintu tersebut,” kata Ketua Kelompok Perjuangan Masyarakat Kepanjen (KPMK), Arif Sukoco, saat dikonfirmasi Agitasi.
Pihak DPRD dan pemerintah Kabupaten Jember hanya bisa memberi janji pada warga Mayangan dan Kepanjen secara berulang-ulang, namun hasilnya nihil. Menurut Arif alasan kuat untuk menutup paksa, karena warga Desa Kepanjen dan Mayangan sudah lelah dengan adanya tambak udang tersebut.
“Alasannya, masyarakat sudah lelah. Dalam arti, sudah bosan dengan janji-janji yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait. Karena apa, masyarakat sudah melalui tahapan-tahapan sesuai prosedur,” kata dia.
Arif juga menambahkan walaupun ditutup paksa, tetapi warga Mayangan dan Kepanjen tetap mengikuti arahan dari kepolisian dan dinas terkait. Asalkan keputusan yang dikeluarkan oleh pihak terkait memang tepat.
“Tindakan lanjutan dari warga Kepanjen dan Mayangan kepada tambak PT. DGS, ya kita tetap mengikuti saran, petunjuk dari kepolisian, juga dari dinas-dinas terkait. Ya, kita lihat, ketika memang tidak ada keputusan yang tepat, yang diinginkan oleh masyarakat, kemungkinan besar aksi akan dilakukan lagi, oleh masyarakat Kepanjen dan Mayangan ke tempat lokasi lagi, dan mungkin arahnya lebih besar. Karena kembali lagi, sudah terlalu banyak korban dari tambak tersebut,” tuturnya.
Keadaan aksi penutupan tambak, sebelum dibubarkan oleh pihak kepolisian Jember cukup memancing emosi warga. Sebab, ternyata masih ada buruh yang bekerja dan tidak segera pulang dari tambak udang tersebut.
Oleh karena itu, penutupan tambak tidak berhenti hanya pemasangan banner, tapi juga mengeluarkan semua buruh hingga kondisi di dalam memang benar-benar kosong.
Merespon adanya tindakan penutupan tambak udang. Wakil Ketua Kepolisian Resor (Polres) Jember, Kompol Ferry Dharmawan, mengatakan sementara waktu di sore hari itu tambak ditutup dulu, sambil lalu menunggu solusi dari Pemerintahan Daerah (Pemda).
“Untuk penutupan tambak tentunya bukan wewenang kami. Tapi, memang saat ini tutup dulu sambil kita sama-sama menunggu tim dari Pemeritahan Daerah (Pemda) yang bekerja, untuk sama-sama mencari solusi atas permasalahan ini. Sehingga, nantinya sama-sama tidak ada pihak yang dirugikan lagi, baik dari perusahaan dan juga masyarakat,” kata dia saat dikonfirmasi Agitasi, setelah aksi penutupan tambak udang.
Harapan dia, kalau pun tambak bisa beroperasi lagi, tidak merusak lingkunngan. Tak hanya itu, terlebih bisa memberi ladang pekerjaan bagi masyarakat setempat.
“Kami berharap tetap ada solusi yang terbaik dari pemerintah daerah selaku yang berwenang atas masalah ini. Sehingga, nantinya ketika perusahaan beroperasi lagi, agar tidak merusak lingkungan, serta harus bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, sehingga akan tercipta kondusifitas keamanan yang baik,” kata Kompol Ferry.
Selama aksi penutupan tidak terjadi baku hantam antar aparat keamanan maupun buruh tambak udang. Tepat hujan sudah reda, warga Kepanjen dan Mayangan bubar dengan suasana kondusif.