Agitasi.id- Bergejolak! Walau dikabarkan Universitas Islam Kiai Haji Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember telah terima nilai akreditasi unggul, ternyata tak membuat seluruh sivitas akademika puas. Malah beberapa mahasiswa merasakan sebaliknya, mereka tampak kecewa pada pimpinan kampusnya.
Sejumlah kebijakan pimpinan kampus UIN KHAS dianggap hanya “ngibul” dan tak mencerminkan kampus yang telah terakreditasi unggul. Hal demikian diungkapkan oleh salah satu mahasiswa, Alif Firdaus yang kemarin sempat berupaya menemui pimpinan kampusnya.
Dalam video yang beredar dan diterima oleh Agitasi.id,28/09/2024, tampak Alif Firdaus dan beberapa aktivis berkumpul di depan gedung rektorat UIN KHAS Jember.
“tertanggal 26 September 2024, kami perwakilan mahasiswa UIN KHAS Jember melandingkan surat kepada pimpinan rektor dan seluruh jajaran-jajarannya”, ujar Alif.
Pada dasarnya, mereka sangat kecewa pada alasan-alasan beberapa pimpinan kampus yang tak mengindahkan surat audiensi yang mereka landingkan.
“Lagi-lagi ditempurkan dengan alibi-alibi yang tidak jelas”, tambahnya.
Lebih mengecewakan lagi, yang menemuinya hanya wakil rektor II, Ainur Rofiq, dan mengatakan tidak tahu menahu tentang surat yang mereka layangkan. Karena itu, mereka menganggap pimpinan UIN KHAS “ngibul”.
Untuk itu, Alif Firdaus mengajak seluruh kelompok aktivis di kampus bersinergi untuk kepentingan bersama. Baginya, semua mahasiswa berhak menuntut kebutuhan dan haknya selama kuliah di UIN KHAS.
“Karena ini adalah kepentingan bersama dalam menuntut ilmu di kampus UIN KHAS Jember”, pungkasnya.
Ia berharap pimpinan kampus segera menemui mahasiswa agar masalah dan pemenuhan hak mereka dapat dijadikan pertimbangan dalam kebijakan selanjutnya. Jika tidak, ia memprediksi akan gelombang massa besar yang menuntuk haknya.
Tidak hanya menyampaikan kekecewaan pada pihak rektorat, beberapa mahasiswa juga menyayangkan absennya Presiden Mahasiswa UIN KHAS, Alvin Maulana, dalam upaya audiensi yang dilakukan. Salah satunya sebagaimana diakui oleh Halim, aktivis UIN KHAS yang ikut bergabung dalam kelompok mahasiswa yang menyuarakan haknya.
“saya menyayangkan presiden BEM yang malah ikut jalan-jalan dengan pimpinan kampus. Walaupun dalihnya, diajak kesekretariatan Rektor, tapi sebagai perwakilan mahasiswa mestinya lebih mementingkan kepentingan kita sebagai sipil”, tegasnya, 28/09/2024.
Bahkan, ia mengurai masalah-masalah yang dihadapi dan kebijakan pimpinan UIN KHAS, yang terasa lucu bahkan “ngibul”, tidak didasarkan pada kebutuhan mahasiswa. Beberapa diantaranya, lemahnya fasilitas, tindakan intimidasi pendidik dan pejabat kampus, dualisme fungsi pejabat, dosen dan dekan yang tak linier, anggaran riset mahasiswa di LPPM, lemahnya sistem TPID, hingga kebijakan lucu lomba karaoke perpustakaan.
“semuanya perlu dikoreksi dan dihubungkan dengan pengembangan mutu pendidikan tinggi yang didasarkan pada kebutuhan mahasiswa. Kita perlu tegas, sebab semua telah kita bayar lunas”, gerutu Halim yang tampak memang sangat kecewa. (*)