JEMBER, AGITASI.ID – Pertarungan sengit gagasan pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Jember telah berlangsung dalam debat publik pertama Pilkada 2024. Debat disiarkan oleh akun Youtube KPU Jember, Sabtu (26/10/2024).
Di tengah sorotan publik, isu stunting dan pengangguran cukup memanas. Perdebatan memicu saling hajar data antara paslon nomor 01, Hendy-Firjaun, dan nomor 02, Fawait-Djoko.
Suasana itu terjadi ketika Hendy mengambil undian pertanyaan di fish bowl, ternyata mendapatkan pertanyaan mengenai masyarakat yang berpenghasilan rendah menjadi kelompok rentan terhadap stunting dengan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 yang menunjukkan preferensi stunting di Jember berada di angka 34,9%.
Hendy sebagai mantan Bupati Jember dengan tenang menjawab, bahwa pemerintah Kabupaten Jember telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi stunting. Mulai dari infrastruktur hingga program penimbangan bayi setiap bulan. Dirinya menegaskan bahwa upaya tersebut telah berhasil menurunkan persentase stunting ditekan hingga 29,7%.
“Posisi di Kabupaten Jember ini yang luar biasa, karena Jawa Timur, Indonesia, Nasional adalah 0,8%, kita 5,2% dari hasil nilai 34,9% itu esensinya kita menurun 29,7% kurang lebih, dan alhamdulillah dari penimbangan bayi kita, kita posisinya stunting kita preferensinya 6,52% ini adalah suatu hal yang luar biasa,” ujar Hendy.
Namun paslon 02, Muhammad Fawait, menyerang dengan tegas, menyatakan angka tersebut sebagai bukti kegagalan Hendy dalam menangani stunting selama satu periode masa jabatannya.
Fawait bahkan membandingkan angka tersebut dengan Kabupaten Situbondo dan Bondowoso yang memiliki persentase stunting lebih rendah. Pria yang akrab dipanggil Gus Fawait itu, juga mempertanyakan anggaran belanja pemerintah sebesar 3,4 Triliun.
“Bahwa hari ini stunting kita tidak dalam kondisi yang baik-baik saja, bahkan preferensi stunting di Jember angkanya 34,9% dan kita di bawah Situbondo dan Bondowoso, apalagi Banyuwangi. Padahal government expenditure, belanja pemerintah yang panjenengan keluarkan itu ada 3,4 Triliun, pak. Tapi penurunan angka stunting sangat landai sekali, pak,” ujar Fawait.
Dari sini, Hendy mulai menjawab dengan lebih santai, sebab menurutnya angka 5,2% adalah persentase penurunan yang tinggi. Dibuktikan dengan fakta, Jember telah memasuki peringkat 20 kabupaten di Jawa Timur tentang penurunan preferensi stunting.
“Kabupaten Jember ini sudah masuk 20 kabupaten/kota dari Jawa Timur tentang preferensi penurunan stunting di Kabupaten Jember, kita masih masuk posisi 20 kabupaten terbaik di Jawa Timur,” kata Hendy.
Selain itu, Hendy juga menjelaskan tentang anggaran belanja pemerintah yang disinggung di awal, bahwa itu semua sudah dilakukannya tanpa ada kecurangan.
“Sehingga anggaran-anggaran yang disampaikan itu, ini sudah kita lakukan semuanya, total sudah kita kerjakan semuanya, sehingga di mana yang namanya stunting saudaraku sekalian, di Jember ini sangat istimewa, monggo kita cek bersama-sama, sedangkan kami sudah membuka, kami sudah memberikan buku kinerja kami, kami share ke seluruh masyarakat Jember,” ujar Hendy.
Perdebatan sengit berlanjut ketika Djoko Susanto sebagai Calon Wakil Bupati (Cawabup) paslon 02 mengungkapkan data tahun 2022 dan 2023 yang menunjukkan angka pengangguran yang tinggi di Jember.
“Maaf gus Firjaun, angka pengangguran dari tahun 2022 kemudian jadi tahun 2023, angka pengangguran itu naik, pak,” tutur Djoko.
Namun, Firjaun Barlaman sebagai Calon Wakil Bupati (Cawabup) paslon 01, menjawab dengan tegas, menyatakan bahwa data yang digunakan adalah data tahun 2022. Ia menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kenaikan angka pengangguran.
“Saya kira terkait dengan data ini perlu untuk lebih up to date, karena data yang disampaikan tadi, soal stunting, soal pengangguran kemiskinan ini data tahun 2022. Sekarang ini stunting sudah turun, pengangguran pun juga turun. Di pertengahan 2021-2022 ini pengangguran naik, karena apa, angka Covid-19, dan di hampir semua kabupaten/kota itu mengalami hal yang sama,” kata Firjaun.
“Tetapi perlu dilihat, hari ini, tahun ini, bagaimana pengangguran di Kabupaten Jember, kemiskinan yang semula kita tinggi, kini sudah di rangking 18, tapi tetep kita akan banyak kekurangan, kami akan berupaya untuk memaksimalkan,” lebih lanjut respon Firjaun.