Agitasi.id-Sejak terpilihnya rektor baru Universitas Islam Negeri Kiai Haji Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember, mahasiswa terutama para aktivisnya, melempem seolah tak lagi kritis. Beberapa bulan berlalu, tiba-tiba hari ini ada puluhan mahasiswa melakukan demonstrasi di depan fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) hari ini, 02/09/2024.
Sudah cukup lama gerakan mereka jarang terdengar. Banyak yang menduga karena pimpinan UIN KHAS Jember saat ini merupakan senior aktivis. Para aktivis dianggap takut pada merak.
Hal ini tampak tidak lagi berlaku bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN KHAS Jember. Terbukti, Republik Mahasiswanya menggelar aksi yang dilakukan memprotes fasilitas yang kurang baik.
Aksi tersebut menyoroti berbagai masalah yang terjadi di kampus Hijau ini. Fokus utama massa aksi adalah pengadaan fasilitas di UIN yang dinilai belum memenuhi standar kapasitas UIN sebagai salah satu kampus besar di Kabupaten Jember. Banyak kebutuhan mendasar mahasiswa yang belum dapat diakomodasi oleh pihak kampus.
Agitasi.id mengkonfirmasi hal tersebut pada pada Alfin selaku presiden mahasiswa UIN KHAS. Menurutnya, mahasiswa sudah sepantasnya melakukan aksi.
“Bagi kami fasilitas yang ada di kampus sangat kurang memadai, terlebih pengadaan fasilitas kabarnya akan dilaksanakan pada anggaran tahun depan 2025, tentunya ini terlalu lama dan dapat menggangu stabilitasbelajar mengajar di kampus“, ujarnya.
Bahkan pada crew, ia mengaku segera akan menghimbau mahasiswa untuk mengembangkan nalar kritisnya. Hal demikian untuk menjaga stabilitas dan merawat kampus yang saat ini, sedang tidak baik baik saja.
Bahkan Alfin juga menyebut aksi yang ada di FTIK siang tadi masih permulaan. Ia menceritakan bahwa ada salah satu Masa aksi yang menuturkan,
“Gerakan ini hanyalah gerakan kecil oleh sekoci sekoci kita, karna tentu masih banyak hal yg menjadi masalah dikampus kita. Dengan adanya gerakan difakultas tarbiyah akan memberikan kesadaran bagi mahasiswa di fakultas lain untuk menyadari setiap fenomena yang terjadi disekitarnya“, ungkapnya menirukan mahasiswa FTIK yang ikut demonstrasi.
Aksi ini perlu disyukuri, karena memang di kampus UIN KHAS Jember sudah lama tidak terdengar kritis. Padahal gerakan mahasiswa yang begitu masif dan aktif dari organisasi kemahasiswaan adalah penyambung lidah dari setiap mahasiswa.
Seperti yang dituturkan, Moch Choirul Fahmi, tokoh aktivis organisasi ekstra UIN KHAS Jember. Baginya, ia sangat mendukung aksi apapun bentuknya demi kemaslahatan proses pendidikan mahasiswa.
“jika memang hal ini dibutuhkan dan menuai kemaslahatan bagi mahasiswa, kami siap untuk aksi dengan massa yang jauh lebih besar lagi, dengan menggerakkan seluruh mahasiswa kita di setiap fakultas dan program studi“, pungkasnya.
Bahkan ia juga menyoroti masalah yang lebih urgen, selain fasilitas.
“Problem kita hari ini bukan hanya persoalan fasilitas, tapi Tenaga pengajar yang dis-kapasitas dan kapabilitas yang sehat, kampus kita harus segera malaksanakan Reformasi Birokrasi kampus dan Rehabilitasi mutu perguruan tinggi”, imbuhnya menambah semakin jelasnya masalah tata kelola kampusnya itu.
Merespons hal ini, sebenarnya salah satu pimpinan-pimpinan fakultas telah menyambutnya dengan baik. Khususnya para dekanat FTIK, UIN KHAS Jember. Mereka mendukung para mahasiswa untuk lebih kritis pada kampusnya.
Abdul Muis misalnya, sebagai dekan FTIK. Ia hadir di tengah pada demonstran dan menyatakan kesiapannya menindaklanjuti semua tuntutan massa aksi. Bahkan, kedepannya, ia berencana membuat forum terbuka untuk mahasiswa.
“Fakultas selalu terbuka untuk diskusi lebih intensif per Tri Wulan agar bisa mengurai kebuntuan-kebutuhan komunikasi”, tegasnya.
Walaupun demikian, masih tidak semua dekanat UIN KHAS Jember yang melakukan langkah bijak sebagaimana dekan FTIK. Agitasi.id belum menerima informasi dari dekanat fakultas lain.
Hanya saja, ada beberapa kabar dari sumber yang tak ingin disebutkan namanya. Ia menginformasikan bahwa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) tak terbuka pada mahasiswa.
Sosok narasumber yang juga merupakan aktivis dan mahasiswa fakultas tersebut, mengungkapkan ada kekhawatiran besar dalam sistem birokrasinya.
“Kemarin, saya mendengar. Dekannya mencak-mencak mencari mahasiswa yang aktif di dunia jurnalistik. Marah sekali, sampai ada indikasi ancaman akan memotong leher si mahasiswa”, katanya dengan penuh gelisah.