JEMBER, AGITASI.ID – Perbedaan agama adalah simbol toleransi di Indonesia. Masyarakat hidup berdampingan dengan saling menghargai satu sama lain, termasuk dalam agama Kristen Protestan dan Katolik. Kedua agama tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Namun ada beberapa problematik sehingga menjadikannya berseberangan.
Dalam sejarahnya, bermula ketika seorang Martin Luther memaku selembar kertas yang berisi 95 kritik terhadap otoritas Gereja Katolik. Aksi ini dilakukan di depan sebuah gereja di Wittenberg, Jerman, pada 31 Oktober 1517.
Saat itu, Martin Luther dikenal sebagai seorang biarawan dan dosen di sebuah universitas di Wittenberg. Martin Gereja Katolik di bawah kepausan, dianggap melakukan penyalahgunaan kekuasaan, seperti penjualan indulgensi (surat pengampunan dosa) dan monopoli atas tafsir kitab suci.
Tepat usai menjalankan ibadah. Agitasi.id berkesempatan menemui pastor dan pendeta gereja yang ada di Jember, Jawa Timur, untuk mengetahui lebih jelas perbedaan agama Kristen Protestan dan Katolik, pada Minggu (27/4/2025) pagi hari.
Menurut salah satu pastor gereja mengatakan kalau sejarah perbedaan agama Kristen Protestan dan Katolik itu sudah lama.
“Sejarah dan latar belakang perpecahan agama Kristen dan juga Katolik itu sangat panjang ceritanya, beribu-ribu tahun yang lampau. Hal itu bermula, ketika Martin Luther melawan dan menolak adanya surat pengampunan dosa yang bisa diperjualbelikan, sehingga menghasilkan sertifikat pengampunan dosa, itu penyebab perpecahan Kristen Katolik. Sehingga Martin Luther memutuskan untuk keluar dari agama Katolik, dan Protestan merupakan perpecahan dari agama Kristen Katolik. Tuhan mereka tetap satu, yakni Tuhan Yesus. Tetapi berbeda dalam hal pola pembelajarannya,” kata Pendeta Soni Saksono Putro selaku Pastor di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jember.
Ada beberapa perbedaan antara agama Kristen Protestan dan Katolik: Pertama, imam ibadah Kristen Protestan disebut ‘pendeta’ dapat juga dipanggil ‘pastor’ dan bisa merasakan nikmatnya berkeluarga.
Berbeda dengan Katolik untuk imam ibadahnya disebut romo. Semasa hidupnya tidak diperbolehkan menikah, sehingga dirinya diserahkan kepada tuhan yesus, untuk memimpin umat Katolik dalam beribadah.
Sebagaimana penuturan Romo Yoseph selaku Pastor Gereja Katolik di Jember. “Kalau di Katolik, pastornya tidak boleh menikah, agar perhatian kita sebagai pastor tidak terpecah belah dengan mengurus umat dan keluarga,” tuturnya.
Kedua, tentang sakramen yang terdapat pada agama Kristen Protestan dan Katolik. Dalam agama Kristen Protestan ada 2 sakramen yakni, baptis dan perkawinan. Sedangkan di agama Katolik, ada 7 sakramen meliputi: baptis, ekaristi, krisma, tobat, pengurapan orang sakit, perkawinan dan imamat.
Perbedaan ketiga, tentang mengenang tokoh panutan. Kalau di agama Kristen Protestan itu cenderung melupakan tokoh-tokoh terdahulu, sedangkan di Katolik melestarikan tokoh-tokoh hebatnya seperti Santa Maria, dan Santo Paulus. Hal itu dibuktikan dengan adanya gambar serta patung yang ada di gereja Katolik.
Dengan suasana gereja yang adem dan tenteram, Romo Yoseph lebih lanjut menjelaskan tentang prosesi kegiatan setelah ada umat kristiani yang meninggal.
“Di Katolik umat atau tokoh yang sudah meninggal, tetap dikenang dan didoakan dimulai dari meninggal mendiang, 7 (tujuh) hari pasca meninggalnya sampai 1000 (seribu) harinya. Karena kita berada di lingkungan budaya Jawa, sehingga kita menyerap yang ada di Jawa. Seperti budaya tahlil di NU (Nahdlatul Ulama), berbeda dengan Kristen Protestan di sana tidak menerapkan hal yang demikian. Jika sudah meninggal, ya sudah,” ucap Romo Yoseph.
Selain perbedaan-perbedaan tersebut, ada keunikan kultur lain yang diciptakan oleh kedua agama Kristen itu, seperti saat merayakan hari besar.
Semisal saat Hari Raya Unduh-unduh yang dirayakan umat Kristen Protestan, dalam rangka mengungkapkan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen. Pada hari itu, para umat Kristen datang ke gereja dengan memikul gunungan, membawa berbagai macam hasil panen ataupun yang sengaja dibeli dari pasar.
Sementara untuk umat Katolik kerapkali menjadikan botol plastik kosong, sebagai wadah khusus untuk uang yang akan diisi uang receh para umat gereja. Di sisi lain, umat Katolik juga mengadakan kegiatan, seperti Ngobrol Perihal Iman (Ngopi) yang rutin diadakan untuk berbagi cerita yang diselipkan penguatan iman.
Meskipun berbeda ajaran, antara agama Kristen Protestan dan Katolik, kedua umatnya tetap hidup berdampingan tanpa timbul perselisihan paham.
Kontradiksi pemahaman tidak membuat dua agama itu saling adu agama siapa yang paling benar, justru menjunjung tinggi nilai perbedaan itu sendiri. Karena agama yang mereka imani masing-masing, tanpa ada unsur paksaan di dalamnya.
Kontributor: Asri dan Nadila (Mahasiswi Hukum Tata Negara UIN KHAS Jember, angkatan 23)
Editor: Erisha Najwa Himaya