Agitasi.id-Identitas agama hingga saat ini masih selalu jadi isu krusial dalam kontestasi politik di Indonesia. Agama dijadikan lencana politik. Dalil dan simbol-simbol diperlombakan sebagai barang dagangan untuk menyedot massa sebanyak-banyaknya. Serta merta, tokoh dan kelompok agama laku keras menjelang pelaksanaan pemilu. Mereka dirayu dan ada yang dipaksa mendukung pemenangan calon tertentu.
Akibat fatal dari kondisi demikian, pemahaman agama terkotak-kotakkan sesuai perbedaan kepentingan para elit politik. Organisasi dan tokoh-tokoh pecah silang pendapat serta dukungan.
Semua memakai dalil suci agama untuk menggalang massa. Korbannya, adalah erosi pemahaman agama masyarakat awam. Mereka yang hanya mampu menghadirkan agama dalam ruang-ruang spiritual, saat ini gagap melihat tokoh bahkan guru agamanya, tampak bertengkar di medan politik.
Kondisi demikian, terjadi karena tidak selesai dan jelasnya pemahaman relasi agama dalam politik kebangsaan. Untuk urusan demikian, PC PMII Jember berupaya mencari solusinya. Salah satunya, dengan mengadakan “Simposium Aswaja”. Bagi mereka, jalan terbaik untuk menguatkan relasi agama dan politik adalah dengan pengutan manhaj ahlisunnah wal jama’ah.
Tema yang dihadirkan dalam acara tersebut adalah dikursus “At-Turats Wa At-Tajdid Dalam Dinamika Politik Dan Realitas Keberagaman”. “Tujuannya guna memberikan kontribusi pikiran menghadapi wacana politik nasional”. Tutur Ainur Rohimah, Ketua Bidang Keagamaan PC PMII Jember.
Bayu Wicaksono, Ketua umum PC PMII Jember sendiri, menjelaskan bahwa simposium ini diadakan sebagai langkah nyata bidang keagamaan strukural yang dipimpinnya. Ia menilai, selama ini dikursus pemahaman agama dianggap receh, sebab hanya berurusan dengan ritual transendental. Padahal agama adalah ruh kehidupan. Tidak tentang sakralitas dan simbol kesucian saja. Namun, juga kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. “jika agama hanya berhenti pada ritualitas, cenderung kaku dan bisa saja hanya dijadikan sebagai simbol politik identitas kepentingan kelompok tertentu”, tuturnya serius pada crew agitasi.id.
Target utama simposium ini adalah mempertemukan seluruh pakar Aswaja guna menghasilkan rekomendasi pemahaman agama yang utuh dan jelas dalam politik. Beberapa pakar yang dimaksud, adalah intelektual-intelektual agama yang berasal dari lembaga Ma’had Aly se-Jember. “Kita undang perwakilan akademisi juga dan pakar keagamaan pesantren, Ma’had Aly. Kita ingin serius menyusun rekomendasi penting untuk menyelesaikan kekacauan politik saat ini”, ungkap Bayu Wicaksono pada kemarin, pada Kamis sore (01/02/2024).
Selain itu, pelaksanaan simposium juga terbuka untuk umum. Tidak hanya untuk kader PMII Jember saja. Ainur Rohimah, mengharap partisipasi khalayak umum agar juga bisa urun rembuk dalam menyusun rekomendasi. Situasi politik saat ini, dianggapnya membutuhkan wacana, narasi dan pertimbangan para cendekiawan agama yang bijak dalam bernegara. “Mari semua hadir, untuk menyelesaikan akar masalah politik bangsa ini”, ucapnya penuh harap.