AGITASI.ID – Kampus adalah tempat untuk menggembleng generasi penerus bangsa yang cerdas, kaya pengetahuan dan disiplin tinggi. Lingkungan kampus sebagai tempat berkumpulnya kalangan civitas akademika termasuk salah satunya Mahasiswa.
Institusi ini cukup potensial dalam mempengaruhi dan mewarnai kehidupan Mahasiswa. Tentu tak lupa, Mahasiswa memiliki tanggung jawab akademik, pengembangan potensi diri, pengabdian kepada masyarakat, partisipasi aktif dalam kegiatan organisasi, menghormati aturan dan hukum, serta menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Peran ini tidak hanya terbatas pada aktivitas di kampus. Tetapi juga meluas ke partisipasi dalam pembangunan nasional dan menjadi suara bagi isu-isu penting seperti hak asasi manusia, lingkungan, kesetaraan, dan keadilan sosial.
Mahasiswa diharapkan dapat membantu menyebarkan informasi, mengorganisir acara, dan menggalang dukungan untuk tujuan-tujuan sosial yang lebih luas. Namun pertanyaannya, apakah Mahasiswa di Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam (UI) Jember sudah melakukan tuntutan sebagai tugas dan peran dengan jargon Agent Of Change yang selama ini mereka banggakan ?.
Sesuai fakta yang terlihat langsung di lapangan. Di mana ruang-ruang kelas hanya sebagai tempat formalitas untuk mendapatkan nilai semata, dan memenuhi keinginan tersier sebagian Mahasiswa. Kemauan belajar dan berdiskusi Mahasiswa FH UI Jember dirasa sangatlah rendah.
Meskipun sudah ada Organisasi Kemahasiswaan (ORMAWA) di FH UI Jember, yakni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswa (HIMA) dirasa masih belum mumpuni untuk menunjang Sumber Daya Manusia (SDM) Mahasiswa.
Setelah diobservasi, ORMAWA yang ada di FH UI Jember sudah melakukan usaha yang dirasa cukup keras untuk menaikkan derajat SDM Mahasiswa FH UI Jember. Ada sebuah kritik yang dirasa cukup tajam tertulis “Ingin Fakultasnya maju, tapi dirinya tidak bisa membranding diri”.
Kritik ini sangatlah cocok bagi Mahasiswa FH UI Jember yang banyak mengeluhkan bahwa fakultasnya masih dianggap remeh oleh FH lain. Sekalipun di Universitas lain mahasiswanya hanya bisa menyalahkan pihak pimpinan kampus.
Di tengah keheningan kelas yang sepi, Mahasiswa FH UI Jember menemukan kenyamanan yang abadi. Mahasiswa terlena dalam suasana yang seharusnya menjadi ruang pencarian ilmu. Namun, kini malah menjadi saksi bisu atas ketidakhadiran pengajar.
Ironisnya, kekosongan ini telah menjadi teman akrab yang menyediakan ruang bagi kebebasan tanpa batas. Pun juga menjadi jurang pemisah antara Mahasiswa dengan pengetahuan yang semestinya sudah mereka kuasai.
Lantas, apakah dari Mahasiswa yang hanya bisa menyalahkan pihak pimpinan kampus atas ketertinggalan FH UI Jember dapat memajukan FH UI Jember ?. Tentu saja tidak, dogma seperti ini harus segera dihapuskan di kalangan Mahasiswa FH UI Jember. Yakni dengan menaikkan mutu SDM seluruh Mahasiswa (paling tidak sebagian besar).
Kenyataan pahit ini seolah menjadi panggung tarian keceriaan yang ironis. Di mana setiap langkah Mahasiswa seakan menari di atas reruntuhan kesempatan belajar yang berharga.
Pertanyaan selanjutnya yang menggantung ialah “Apakah Mahasiswa FH UI Jember akan terus seperti ini ?!”. Menjadi sebuah refleksi yang mendesak akan pentingnya tanggung jawab dan kesadaran diri dalam mengejar keunggulan akademis.
Mahasiswa FH UI Jember harus segera menyadari, bahwa waktu tidak akan pernah kembali, dan setiap detik yang terbuang sia-sia adalah kerugian yang tak terukur. Harapan masih tersisa, bahwa Mahasiswa FH UI Jember akan bangkit dari keterlenaan ini, mengambil alih kendali atas masa depan dengan semangat baru untuk belajar, bertumbuh, dan akhirnya, berkontribusi pada masyarakat dengan pengetahuan yang telah diperoleh di kampus.(*)
Penulis : Dimas Aji Pangestu S.
*Artikel ini merupakan pendapat pribadi dari penulis opini, Redaksi Agitasi.id tidak bertanggungjawab atas komplain apapun dari tulisan ini.