Jember, Agitasi.id – Di antara hiruk-pikuk Pasar Tanjung, ada sosok sederhana yang tak pernah absen menyapa pagi. Babun Rahman soerang pria paruh baya yang dikenal sebagai tukang becak. Namun siapa sangka, ia juga merangkap peran lain sebagai petugas kebersihan Pasar Tanjung.
Sudah 20 tahun, Babun Rahman setia mengayuh becaknya menyusuri sudut-sudut rumah di Kabupaten Jember. Becak tuanya menjadi saksi bisu kerja kerasnya dalam menghidupi keluarga. Namun, kini zaman berubah. Kehadiran transportasi online dan kendaraan pribadi membuat penumpang becak semakin sepi. Pendapatannya pun turun drastis.
“Dulu penumpang yang cari kita, tapi semenjak ada ojek online itu, sekarang jadi terbalik,” ucapnya, saat ditemui Agitasi, Sabtu (10/05/2025) pekan lalu.
Tak tinggal diam, Babun kemudian mencari pekerjaan sampingan dan akhirnya menerima tawaran sebagai petugas kebersihan Pasar Tanjung. Setiap pagi, tangannya terasa kasar karena debu saat ia menyapu dan mengangkut sampah pasar.
Terik sinar matahari menyinari punggungnya yang membungkuk saat ia mendorong gerobak sampah. Pekerjaan berat itu hanya dibayar Rp 500 ribu per bulan. Tapi, ia tetap menjalaninya dengan lapang dada. “Yang penting halal. Kalau enggak begini keluarga di rumah makan apa,” katanya sambil tersenyum tipis.
Namun perjuangan Babun tak berhenti di situ. Setiap malam Minggu, ketika banyak orang bersiap beristirahat, ia justru memilih tidur di atas becaknya. Bukan tanpa alasan. Ia bersiap mengangkut pakaian thrifting dari para pedagang ke area Car Free Day (CFD) di Alun-alun Jember.
“Setiap malam Minggu, saya tidur di becak, biar subuh-subuh bisa langsung anter baju ke alun-alun. Kadang dingin, tapi sudah biasa, lumayan pulang pergi dibayar Rp 20.000,” ujarnya.
Dengan tenaganya, ia membantu memindahkan karung-karung berisi baju bekas dari gudang ke lokasi CFD, demi tambahan uang yang akan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
Babun merupakan sosok kepala keluarga yang bertanggungjawab dan ayah yang sangat menyangi kedua anaknya. Meski hidup pas-pasan, ia tetap menafkahi istri dan anak-anaknya dengan jujur dan kerja keras. “Anak-anak selalu bilang: Bapak itu ‘pahlawan keluarga’. Ya, saya cuma bisa nangis kalau denger itu,” ujarnya sambil menahan haru.
Bagi para pedagang Pasar Tanjung, Babun lebih dari sekadar tukang becak. Ia sahabat, penolong, bahkan penjaga pasar. “Orangnya jujur, amanah. Kalau kita butuh apa-apa, Pak Babun selalu siap bantu,” tutur Rini, salah satu pedagang lama di Pasar Tanjung.
Di tengah geliat modernitas teknologi dan derasnya arus perubahan. Cerita Babun Rahman adalah potret keikhlasan dan kegigihan yang langka. Ia tidak viral dan terkenal, tapi kehadirannya bagaikan denyut nadi kehidupan sehari-hari Pasar Tanjung, Jember.
Kontributor: Nadila Sania
Editor: Fadli Raghiel