UIN KHAS JEMBER: INSTANSI PENDIDIKAN DAN STRUKTURAL PEJABATNYA YANG PANDAI BERSOLEK.

JEMBER, AGITASI.ID – Selain bersih-bersih dari sampah yang berserakan di sepanjang jalanan kampus, UIN KHAS Jember juga perlu membersihkan gedung rektorat serta para pemangku kebijakannya yang dipenuhi sikap layaknya sampah. Terlebih sampah yang memenuhi otak pejabat kampus yang cumak pandai bersolek. Kampus UIN KHAS Jember ini ibarat seorang gadis perawan yang badannya penuh borok, tapi selalu berusaha menutupi borok tersebut dengan berdandan dan merias wajah secantik mungkin, padahal yang seharusnya dilakukan si gadis ini adalah mengobati borok yang memenuhi tubuhnya. Demikianlah gambaran paling paling tepat untuk menjadi perumpamaan atas kebodohan dan noraknya kelakuan para pejabat kampus UIN KHAS Jember.

Kampus ini memang telah mengalami dekadensi yang begitu parah, baik struktural maupun kultural, kampus ini benar-benar telah gagal sebagai lembaga pendidikan. Kegagalan tersebut bisa kita rasakan bersama dari kelakuan para pejabatnya, serta kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya dalam menanggapi problematika realitas sekitar yang terjadi. Bahwa dalam hal ini, selayaknya kita menolak lupa, dan tidak lupa untuk terus menolak.

Bacaan Lainnya

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 18 Januari 2023, ada sebuah berita yang cukup tak tau malu di sebuah kanal media milik humas UIN KHAS Jember, sebuah berita berjudul “Sambut Diesnatalis ke 57 UIN KHAS Sewa Pesawat Kenalkan Kampus Lewat Udara” yang meliput kelakuan mubazir pejabat-pejabat kampus, yakni rektor dan kolega strukturalnya: wakil rektor, dekan, direktur pascasarjana, dan elite-elite struktur lainnya. Kegiatan bertajuk “sosialisasi” ini diinisiasi oleh Rektor UIN KHAS Jember Babun Soeharto. Ya, siapa lagi kalo bukan blio.
Sebagaimana yang dikatakan dalam media humas tersebut bahwa kegiatan dansa-dansi tersebut sebenarnya sudah menjadi keinginan sejak awal rektor untuk melengkapi kegiatan musproh lainnya yang disebut “sosialisasi jalur lain”.
Dalam berita di kanal media humas tersebut, disebutkan di dalam judul beritanya bahwa UIN KHAS Jember “menyewa” pesawat untuk “kenalkan” kampus lewat udara. Baiklah, mari kita pertanyakan bersama.

Pertama, jika itu benar “menyewa” maka pertanyaan paling mendasar yang perlu kita lempar ke muka para pejabat tersebut adalah, dari mana anggaran yang digunakan? Sebab narasi yang dipakai adalah “sosialisasi kampus” [sic] yang tentu tak akan menggunakan uang perorangan. Pada berita tersebut tidak disebutkan secara jujur dan transparan perihal anggaran yang digunakan, berita itu hanya menampilkan dansa dansi para pejabat! Dan pastinya berita tersebut akan dibaca banyak mahasiswa, jadi wajar ketika kami (Mahasiswa) merasa curiga atas anggaran yang digunakan demi berlangsungnya kegitan tak mutu tersebut. Sementara masih banyak yang seharusnya dijadikan prioritas oleh kampus, mulai dari bagaimana mengembangkan mutu pendidikan yang serius, padahal sudah jadi UIN lo, misal revitalisasi LP2M untuk menunjang mutu pendidikan Mahasiswa, biar tak hanya jadi lembaga yang melayani riset-riset yang hanya diperuntukkan demi akreditasi kampus—itupun untuk membranding kampus agar terlihat keren, meskipun banyak borok, dan tentu tujuan utamanya adalah komersialisasi pendidikan, semakin bagus akreditasi kampus, maka semakin mahal pula biaya pendidikannya. Atau bisa saja untuk branding personal dosen untuk memenuhi hasrat untuk meggapai jabatan tertentu. Selain itu beberapa yang seharusnya diperhatikan oleh kampus di antaranya perihal saarana prasana penunjang proses belajar mengajar (fasilitas atau infrastruktur kampus), bisa kita lihat beberapa gedung yang secara pelayanan sangat minim dalam menunjang kegiatan akademik, mulai dari tidak adanya proyektor, kipas angin juga tak ada, konflik dengan CV Line yang menyebabkan gedung D mangkrak, dan masih banyak lagi hal-hal yang perlu dibenahi. Gitu kok keburu jadi UIN!.

Baca Juga :  PELECEHAN SEKSUAL KEMBALI TERJADI, LAGI-LAGI MENIMPA MAHASISWI UIN KHAS JEMBER

Tapi bukan hanya dua persoalan tersebut, masih banyak hal-hal yang perlu diingat oleh pihak kampus, yakni catatan-catatan hitam yang merupakan kegagalan kampus sebagai institusi pendidikan: mulai dari pencutian 300 mahasiswa secara sepihak, adanya konflik antar mahasiswa dengan orang-orang yang katanya warga sekitar akibat blokade kampus yang dilangsungkan oleh mahasiswa yang tentu itu merupakan ekspresi kekesalan atas perilaku lari dari tanggung jawab seorang rektor, baru kalau mahsiswa udah digebuki si pimpinan sampah ini datang, cuuuk!
Dalam sekian hal di atas, tentunya yang harus bertanggung jawab atas insiden tersebut adalah pihak kampus, terlebih rektor! diserta pelarangan demonstrasi yang dilakukan oleh beberapa dosen yang “katanya” demi menjaga marwah, marwah apa?? yang jelas-jelas semua itu mencedrai kesepakatan yang tertuliskan dalam statuta kampus. Bobrok bukan?
Kedua, Jika kita lihat video di kanal YouTube milik humas UIN KHAS Jember, yang merekam kegiatan tersebut, seketika kita akan mengernyitkan dahi dan bakal kebingungan, “sosialisasi” apa yang mereka (para pejabat kampus yang bodoh) itu maksud? Dalam video yang berdurasi 3 menit 42 detik itu, tak ada satu pun yang memperlihatkan kepada kita proses ataupun simbol yang menunjukkan bahwa kegiatan tersebut adalah sosialisasi lembaga pendidikan, yang ada cumak tulisan jargon klise ala pemerintah kabupaten “wis wayahe jember keren” Sosialisasinya mana woy?! Malah lebih konyol lagi, Rektor dengan wajah sumringah mengatakan bahwa “Bisa mengajak seluruh pejabat (pejabat kampus tentunya) untuk bersama-sama terbang sekaligus untuk sosialisasi penerimaan mahasiswa baru. Terlebih adalah dalam rangka untuk mendukung salah satu program bupati Jember yakni adalah bagaimana bisa memberikan layanan kepada masyarakat yang mau ke Jember dengan naik pesawat”.

Tak usai di situ, ungkapan sosok Rektor yang lagi-lagi banyak menuai pertanyaan adalah: “mengajak seluruh pejabat untuk bersama-sama terbang sekaligus sosialisasi penerimaan mahasiswa baru” nah, bisa kita bahwa tujuan utamanya bukan sosialisasi sebab ada kata “sekaligus”, artinya sosialisasi bukan tujuan utama, ia hanya menjadi pelengkap saja, sama seperti ungkapan “mari ikut saya ke pasar, sekaligus beli rokok” tujuan utamanya bukan beli rokok, tapi aktivitas ‘beli rokok’ dilakukan mumpung ada aktivitas ‘ke pasar’ yang tujuan utamanya tidak disebutkan. Mengapa demikian karena kata “sekaligus” diucapkan sebelum sebuah kata kerja, beda ketika ia diletakkan setelah kata benda jamak yang bermakna “seluruh”. Jadi secara logika bahasa yang digunakan rektor sudah menunjukkan bahwa sosialisasi bukanlah tujuan utama! Yang tujuan utamanya adalah “bersama-sama terbang”.
Sisi yang lain misal, jika kita lihat seluruh video yang ada di kanal YouTube tersebut, tak ada satupun yang menunjukkan kepada kita proses sosialisasi yang dimaksud, yang ada cumak puja-puji program PEMKAB dan pesawat hasil bikinan Amerika tersebut seperti yang diungkapkan Dekan Fakultas FEBI, Khamdan Rifa’I, Ia itu mengatakan “Saya merasakan ada sensasi yang luar biasa bagi saya, ada dua hal yang bisa saya sampaikan, yang pertama ini adalah ini pesawat yang bisa dibuat promosi bagi lembaga UIN Jember, yang kedua UIN bisa mengoptimalkan sebagai lahan dakwah dalam lingkup yang lebih luas” ujarnya.

Baca Juga :  ALASAN MAHASISWA TIDAK SEGERA LULUS KULIAH

Mari sekali lagi kita lihat laku kurang pas lainnua yang dipertontonkan oleh para pejabat ini. Poin pertama dari yang dikatakan di atas, “ini adalah pesawat yang bisa dibuat untuk promosi bagi lembaga UIN Jember” jelas ini adalah ungkapan yang kurang pas, mengingat posisi pesawat sebagai milik pemerintah kabupaten, bukan milik UIN KHAS, pertanyaannya adalah jikalau UIN promosi menggunakan pesawat tersebut—walaupun itu jelas begitu tidak penting, dan hanya memperlihatkan kemewahan di luar padahal di dalam penuh luka, apakah lembaga kampus akan menyewa lagi? Jika iya, dari mana lagi anggarannya? Dari uang mahasiswa? Apakah semudah itu bos? Kedua, seperti biasa biar dikira si paling Islami keluarlah kata “dakwah”, hmmmm, padahal seberapa optimal penyelenggaran KKN yang ada di kampus? Sudah seberapa optimal kampus dalam memprioritaskan bagaimana menunjang mutu mahasiswa? Seberapa bertanggung jawab kampus atas hak pendidikan mahasiswa? Ini perlu lo, jadi nggak usah ndakik ngoceh dengan bilang “mengoptimalkan dakwah” deh. Huh!

Lebih sialnya lagi kelakuan tersebut akan ada lanjutannya berupa program bersepeda bersama dalam rangka dies natalies yang akan dilakukan pada tanggal 12 Februari 2023 yang tentu dengan hadiah yang fantastis! Bahkan ada hadiah umrahnya. Tentu hal demikian jelas-jelas merupakan hal yang tak tau diri, di tengah banyaknya Mahasiswa yang masih tertatih untuk bayar UKT, lembaga kampus malah lebih memilih untuk memprioritaskan hal-hal yang mubazir dan cumak hura-hura, meskipun itu bekerjasama dengan beberapa instansi, tapi jelas tak tau malu dengan menampilkan kemewahan di tengah kacaunya sistem pendidikan yang ada di dalamnya serta banyaknya hak belajar mahasiswa yang dikebiri oleh kampus! Benar-benar kebelinger!

Demikianlah bisa kita lihat kemerosotan moral para pemangku kebijakan yang selalu sounding ihwal kemajuan moral itu! Mereka secara tidak langsung telah melanggengkan praktik amoral sebagai pejabat kampus yang seharusnya memperioritaskan masa depan pendidikan dan intelektual peserta didik. Hal-hal demikianlah yang menjadikan pendidikan kita menjadi impoten, melahirkan manusia-manusia individualistik, kampus sudah seperti pusat perbelanjaan yang menampilkan iklan-iklan yang cenderung kapitalistik. Sekali lagi pak, jika kedepan tak ada perangai untuk memperbaiki, kita akan istiqomah untuk menolak lupa, dan tidak lupa untuk terus menolak. (*)
Penulis: Wildan Hidayat
Editor: Mochammad Samsi Ridwan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *