AGITASI.ID – Hal buruk kapan pun bisa terjadi, kebanyakan manusia tak mau menolak hal tertentu karena takut dengan kemugkinan-kemungkinan buruk yang bakal terjadi, dan sejak itu pula manusia mulai ngegapapain beberapa hal seolah semua bakal baik-baik saja. Sebagai konsumen budaya positif kita seperti telah “dindoktrinasi” keyakinan tentang positif thinking dan melakukan beberapa hal dengan terpaksa bahkan menyakitkan, dengan anggapan “rasa sakit bukanlah apa-apa karena ini adalah hal positif”.
Setelah saying gapapa seolah pikiran positif datang pada kita dan berharap semua akan baik-baik saja. Tidakkah pernah kita berfikir untuk menanyakan pada diri sendiri “bagaimana jika apa yang saya lakukan salah?”,
“apa yang harus saya lakukan jika saya salah?”
Kita tuh ketika say gapapa sebenarnya untuk menyenangkan diri sendiri atau untuk orang lain?,tanyakan pada dirimu sendiri,apakah kita sebahagia itu ketika say gapapa?, bohong kalo manusia bilang “aku gapapa kok, aku bahagia kalo kamu bahagia”. Bukankah manusia adalah pengamat yang paling buruk dunia terutama dalam hal mengamati diri sendiri. Dunia gak bakal stuck disatu keadaaan, dengan kita say gapapa bukankah sama halnya dengan memperpanjang untuk kita terus-menerus merasakan rasa sakit, seolah kita menghidupi kehidupan tanpa makna. Gapapa bukanlah kata terbaik untuk diucapkan, tapi gapapa adalah kata terakhir setelah seseoang meraskan sakit. Kita gunakan peluang-peluang yang ditawarkan dalam hidup kita. Gunakan peluanmu dan stop saying gapapa, banyak hal yang dapat dirubah dengan usaha-usahamu.
Beranikan dirimu untuk menolak, bukan berarti dengan penolakan suatu hal kita bakal kehilangan kesempatan. Justru dari penolakan tersebut kita mendapat alasan untuk berhenti bertahan. Kebanyakan dari kita bertahan pada hal tertentu bukan karna benar-benar itu yang mereka benar inginkan tapi karna mereka takut untuk sebuah penolakan maka mereka tidak melakukan penolakan. Menghindari penolakan karna mereka takut akan sebuah konflik dan cara menghadapinya dengan bertahan di satu tempat. Manusia seperti ini karna mereka merasa baik dengan seolah menjaga keamanan lebih lama, menghindari masalah, dan berpura-pura semua baik-baik saja.
Seperti kata Mark Manson yang di tulis dalam bukunya “penolakan tersebut merupakan sebuah bagian yang inheren dan penting demi memelihara nilai-nilai kita, demikian pula identitas kita. Kita ditentukan oleh apa yang kita tolak. Dan jika tidak menolak sesuatu pun (mungkin karna kita sendiri takut ditolak) pada dasarnya kita tidak mempunyai identitas sama sekali.” Ketika a kita mulai stop saying gapapa dengan berani memulai penolakan-penolakan yang kita pikir tidak sesuai perspektif kita, bukan berarti kita adalah manusia egois. Dengan memilih sebuah nilai untuk diri sendiri berarti kita telah menolak beberapa pilihan-pilihan lain. Seperti halnya ketika kita memilih untuk fokus belajar, berarti kita menolak pilihan untuk menghabiskan waktu dengan pasangan, bermain-main dengan teman, dan lain sebagainya.
Pilihannya adalah menjadikan diri sendiri Bahagia atau orang lain, mendahulukan diri sendiri atau orang lain, pilihan ada ditangan kita berarti kita dituntut untuk memilih bukan pasrah dan bilang gapapa. George Orwell mengatakan bahwa untuk mampu melihat apa yang ada tepat didepan batang hidung kita sendiri, dituntut suatu perjuagan tanpa henti. Yaa, karna nyatanya memang lebih mudah melihat apa yang ada tepat dihadapan kita ketimbang tepat didepan batang hidung. Jawaban kenapa manusia masih sulit memperhatikan yang ada disekeliling diri sendiri, tapi fasih sekali ketika memperhatikan manusia lain.
Seolah Ikhlas dengan bilang gapapa kadang kita telah memanipulasi orang lain,bertahan dengan kebohongan-kebohongan yang sejujurnya kita sendiri tidak nyaman dengan itu hanya karna menganggap ketika orang lain senang kita aman. Dirusia mempunyai budaya yang mungkin menurut kita yang hidup dilingkungan penuh basa-basi ini kasar. Dirusia orang tidak menyukai basa-basi, jika seseorang tampak bodoh maka mereka akan katakana bodoh. Begitupun sebaliknya jika mereka tampak menyukai seseorang maka mereka akan mengatakanya. Entah mereka sudah kenal lama atau baru mengenal lima menit yang lalu. Seperti kata Benjamin Davis, seorang penulis amerika yang tinggal diRusia, Saat Benjamin bertanya kepada beberapa orang rusia tentang pendapat basa-basi lalu menerima tanggapan seperti:
“saya pribadi benci orang yang berbasa-basi, mengapa mereka berbicara kepada saya?, apakah mereka benar-benar tertarik dengan suasana hati saya?, tidakkah mereka mengetahui cuaca dari ponsel mereka?, apakah mereka mau meminta bantuan kepada saya?, pergilah atau katakan langsung apa yang anda inginkan!.
Dan, “Rusia tidak benar-benar mengerti maksud membicarakan hal-hal yang sudah jelas dan dangkal. Itu hanya membosankan bagi kami dan bukan dari budaya kami.”
Dalam hal ini Rusia membuat kita berfikir serta menguji kembali komunikasi secara omong kosong, manis tapi palsu yang begitu umum dilingkungan kita. Rusia beranggapan bahwa mata uang paling berarti adalah kejujuran. Kejujuran yang ditunjukkan orang rusia seolah menyadarkan kita dengan fakta bahwa untuk bertahan hidup kita perlu jujur dimulai dengan diri sendiri. Jujur tentang apa yang kita rasakan dan apa yang sebenarnya kita inginkan. Menyakitkan, tapi bukankah kejujuran adalah hal yang manusia butuhkan selama ini.
Penolakan berarti sudah membawa kita dalam kejujuran yang menjadikan kita mengerti tentang Batasan terhadap diri sendiri, orang-orang yang mempunyai Batasan akan bertanggung jawab atas pilihan hidup yang mereka ambil, karna manusia yang tidak memiliki batasan akan terus menghindari penolakan-penolakan karna mengambil keputusan suatu hal sama hal nya siap dan tanggung jawab dengan resiko-resiko yang akan datang. Stop saying gapapa karna beberapa penolakan akan membuat hidup lebih baik. mengerti apa yang sebenarna kita butuhkan, nilai apa yang sebenarnya kita cari. Beberapa penolakan akan membawa kita kedalam situasi yang lebih aman. Berani berkata tidak karna keadaan manusia ga melulu tentang gapapa.
Penulis : Anna Hauraa