Jember, agitasi.id – Pergulatan kehidupan sosial masyarakat, yang semakin rumit. Menjadikan sebuah tantangan bagi kaum akademisi, yang seharusnya dapat menjadi agent of control bagi masyarakat. Mahasiswa yang seharusnya mampu mengakomodir dari gerakan sosial masyarakat agar lebih baik. PMII Rayon Dakwah IAIN Jember, mengadakan sebuah pelatih Sekolah Advokasi dan Gerakan (SAG), agar pola gerak mahasiswa dapat terstruktur dan sistematis di tengah masyarakat.
Pengurus PMII Rayon Dakwah, mencoba menggiring kembali dalam mengedukasi mahasiswa yang sebenarnya, dengan semangat anggota dan kader, hal ini mampu menjaga tradisi mahasiswa, yang seakan-akan mulai luntur, dengan kurang sadarnya mahasiswa di tengah masyarakat itu sendiri.
Pada hakikatnya mahasiswa, harus berani mencoba dan membuka nalar kritis terhadap keadaan sosial masyarakat, dengan inisiasi pengurus yang membuka lebar untuk memahami gerakan dengan melalui SAG ini, guna kader PMII paham mengenai pengadvokasian di tengah kehidupan khalayak umum.
Kegiatan yang berbasis pelatihan ini, lebih pada praktiknya. Dimana mereka bukan hanya diajari mengenai teori dalam pengadvokasian, tetapi mereka juga diajarkan praktik advokasi secara langsung dengan cara meneliti secara pengalaman, bagaimana pola kritis pada mahasiswa masih tetap ada dan terjaga.
Setidaknya dari beberapa materi yang diberikan selama 3 hari itu, semuanya saling berkorelasi satu sama lain, sehingga hal ini menjadi awal pembelajaran pengadvokasi secara umum.
Acara yang diikuti oleh puluhan kader PMII, baik internal maupun external rayon dakwah. Hal ini dapat memikat para kader yang dari berbagai wilayah seperti dari Rayon Walisongo Semarang, mengikuti kegiatan SAG itu guna menambah wawasan mengenai pengadvokasian ataupun mengenai gerakan. Ini terbukti bahwasanya sangatlah penting dalam mempelajari pengadvokasian ataupun gerakan dalam konstruk masyarakat di era modern.
Dalam kegiatan tersebut mereka diajarkan secara langsung bagaimana cara untuk mengumpulkan data secara sistematis, di mulai mengenai hal yang perlu dikritisi, baik dalam kelembagaan ataupun pada popularisasi aksi dalam menuntut hak-hak masyarakat. Dan bagaimana sistematika yang tepat dalam runtutan aksi.
Hal ini diutarakan oleh sahabat Dadang selaku ketua panitia dalam acara ini “bahwasanya dalam acara SAG kami tidak hanya memberikan teori saja kepada kader, tetapi kita juga memberikan pelatihan praktik dalam kegiatan ini, seperti pengaturan simulasi aksi, penyusunan tim yang betugas pada saat aksi,” katanya.
Dalam pelatihan SAG ini, peserta diharapakan bukan hanya memahami pola advokasi, tetapi mereka diharapkan juga dapat mengimplementasikan nalar kritisnya di tengah-tengah masyarkat.
Sahabat Farid, menyampaikan bahwasanya “Yang paling penting dari acara ini adalah mereka dapat mengimpelementasikan apa yang mereka Pahami Selama Kegiatan ini berlangsung, kepada kehidupan sehari-hari, minimal mereka paham realita ditingkat kampus,” ungkapnya kepada tim media agitasi.id.*
Pewarta : Sahabat Ilham
Editor : Chotib