agitasi.id – Momentum Hari Lahir ( HARLAH) satu tahun sekali, pada hari ini terulang kembali. 17 April 1960 – 17 April 2021, menjadi moment nostalgia bagi seluruh Kader dan Anggota PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Hari ini genap yang ke – 61 tahun PMII kembali merayakan hari lahirnya ditengah kondisi negara yang masih belum baik-baik saja. Hal ini sama dengan keadaan setahun yang lalu saat hari lahir ke – 60 dalam kondisi Pandemi.
Sejarah panjang aktivitas pergerakan mahasiswa, sungguh mewarnai lika-liku peradaban, untuk memulai revolusi yang lebih baik. Tentunya, tidak terkecuali PMII lahir menjadi bagian dari puluhan organisasi penggerak massa dan corak khas moderat yang tidak jauh berbeda dengan induknya yaitu Nahdlatul Ulama (NU).
Momentum perayaan Harlah PMII, bagi sebagian orang di jadikan refleksi untuk menakar jauhnya lompatatan proses yang sudah di lewati. Harapannya kedepan agar satu frame yakni mengkonstruk tiap ketertinggalan dari capaian yang harus terpenuhi. Tentunya telah banyak flyer tersebar dan acara yang diagendakan oleh Komisariat dan Rayon di harlah ke-61 ini.
Mari, kita sejenak untuk merenungkan sahabat-sahabati tentang lembaga pergerakan yang besar ini. Kita bisa mengatakan bahwa PMII adalah organisasi yang besar karena, setiap tahunnya mampu merekrut puluhan ribu anggota baru diseluruh titik kampus di indonesia. Hal ini menjadi salah satu modal dan tujuan utama untuk perubahan besar bagi organisasi.
PMII merupakan organisasi kaderisasi, masa depan PMII juga turut dipengaruhi oleh sistem dan mekanisme kaderisasi di dalamnya, baik secara formal, non formal, dan informal. Kaderisasi adalah wujud sebagai proses pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur, baik secara berjenjang maupun basis kekeluargaan, lingkungan dan budaya organisasi, sebagai tindak lanjut eksistensi keberlangsungan PMII. Tentunya, regenerasi ini menjadi bagian yang mutlak dari PMII.
Namun, dewasa ini problem kaderisasi begitu kompleks, perlu adanya upaya kolektif untuk merancang kaderisasi agar lebih sistemis dan efektif. Nyatanya perlu diingat, bahwa kuantitas kader bukan lagi menjadi satu-satunya tujuan yang harus digapai mati-matian. Kualitas kader perlu menjadi perhatian dan mprioritas. Jika stigma kita hanya berorientasi pada kuantitas dan mengesampingkan kualitas, kaderisasi bukan lagi menjadi bagian fundamental organisasi, namun kita berjalan hanya sebatas formalitas.
Problem lain kaderisasi PMII yang berkaitan dengan individu kader adalah tidak dimilikinya rasa percaya diri. Sehingga, perkembangan kader dari sisi mentalitas maupun pembentukan karakter, serta peningkatan keilmuan atau pengetahuan mengalami stagnansi dan terhambat. Inilah yang menyebabkan banyak ruang-ruang progresif, inovatif, dan kreasi tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Dari hal tersebut perlu adanya kontekstualisasi pembaruan materi kaderisasi perlu diupayakan secara terus-menerus, sehingga nutrisi kader dapat terpenuhi secara maksimal.
Kesiapan kader, dalam menyongsong dunia professional patut menjadi perhatian yang sangat penting, entah dengan stimulus dan strategi apa yang akan kita ambil. Hal ini menjadi penting agar PMII bisa survive di lingkungan baru. Sehingga harapan kita mampu mencetak generasi sesuai dengan tujuan PMII, yang siap menghadapi segala problem dalam berbagai aspek.
Sekarang PMII sudah genap berusia 61 tahun. Oleh sebab itu wajar ia dituntut bijak. Mampu memakai banyak cara pandang untuk memahami kehidupan.
Selamat Hari lahir Pergerakan. Tumbuh Subur Perjuangan. Salam pergerakan.!
Penulis : Erisha Najwa Himaya