AGITASI.ID – Penetapan hasil pemenang Pemilu 2024 telah selesai diumumkan. Sikap setiap partai politik berbeda-beda. Termasuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memilih sikap oposisi.
Pilihan oposisi bukan tanpa sebab. Dengan menangnya pasangan Prabowo-Gibran. PKS ternyata tidak setuju dengan adanya makan siang gratis, program unggulan dari pemenang.
PKS selama ini memang sudah oposisi selama 10 tahun di era Presiden Jokowi. Menurut politikus PKS, Mardani Ali Sera, lebih baik oposisi ketimbang ikut bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. “Kita pendidkan fokusnya bukan makan siang gratis. Kita contract farming bukannya food estate. Oposisi lebih baik. Saya milih oposisi,” kata dia dari suara.com (23/03).
PKS sebagai partai koalisi pengusung pasangan Anis-Muhaimin dinyatakan kalah kontestasi di Pemilu 2024. Salah satu pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai. Jika tetap jadi oposisi di pemerintahan periode selanjutnya, tidak akan kuat. Apalagi di saat mulai pembagian kursi ‘kekuasaan’.
Sebab, setiap partai pasti membutuhkan asupan modal dari pemerintah untuk kebutuhan logistik. Sehingga, perlu bergabung agar mendapatkan hal tersebut. “Partai memburu rente di eksekutif dengan cara berupaya gabung ke koalisi pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan keberlangsungan partai politik dalam konteks logistik,” katanya dari inilah.com (22/3).
Pangi yang sekaligus merupakan CEO dan Founder Voxpol Center Research and Consulting. Menurutnya, partai politik yang oposisi bakalan kere. Selain itu, tidak mungkin sanggup jika tanpa kekuasaan. “Kalau oposisi biasanya duafa dan kere, parpol enggak kuasa menjadi partai yang berpuasa berkuasa,” (23/03).
Tetapi, walaupun demikian, pembicaraan yang ada di politik tetap tentang persoalan apa, kapan dan bagaimana meraih kekuasaan. Jadi cukup dinamis dan tidak perlu heran.