Chapter 1
Agitas.id – Kala temaram bulan purnama dan lampu padam di sepanjang malam waktu aku masih kanak-kanak. Ibu atau ayah akan banyak mempunyai kisah yang akan diceritakan, entah kisah para nabi sampai dongeng-dongeng dan legenda-legenda. Cerita nabi Adam dan putra-putrinya, nabi Musa yang bisa membelah lautan, kesabaran nabi Ayub menghadapi segala cobaan, nabi Sulaiman yang kaya dan sampai bisa bicara dengan hewan, nabi Yusuf dengan ayah beserta beserta saudara-saudaranya, sampai cerita seputar kelahiran nabi Muhammad SAW. Hal itu semua aku pahami dari ibu atau ayahku.
Selain cerita-cerita nabi—yang melekat dalam ingatan karena kemudian kisah-kisah nabi itu diajarkan di sekolah-sekolah atau madrasah yang aku tempuh, atau setidaknya banyak yang kusempurnakan dengan baca-baca buku atau kitab-kitab—ada beberapa dongeng dan legenda yang sangat melekat dalam ingatanku. Sebab, kisah itu sampai hari ini, anak-anakku masih diperdengarkan dongeng-dongeng atau legenda-legenda itu oleh ibuku.
Dongeng itu, kisah seorang manusia entah dia siluman atau jin yang memakan darah keperawanan gadis yang baru menikah. Ibuku menyebutnya dengan Mak Bhutah, dia memiliki badan yang tegap dan besar, warna kulitnya agak kebiru-biruan, dia bisa menirukan suara apapun, kadang pula juga dia bisa merubah wujud menjadi suami dari istri yang masih perawan itu, dan dia memiliki beberapa kelebihan-kelebihan yang tak mungkin dimiliki oleh siapapun, dan dia tidak buta seperti yang melekat pada namanya. Sayangnya, dia mempunyai satu kelemahan, lehernya sangat pendek bahkan kata orang-orang dia tak mempunyai leher sehingga dia tak bisa mendongakkan kepalanya ke atas.
***
Hari ini, Tahun 2027.
Telah ramai diberitakan, banyak pengantin baru yang meninggal tragis di Kota Banyuwangi, dan dari segelintir pengantin wanita yang selamat bercerita suaminya diserang oleh seorang yang sangat besar berkulit biru dan selalu menunduk.
Setelah lama tidak terdengar berita kematian pengantin baru di Banyuwangi, berita kematian pengantin baru mulai ramai di Kota Situbondo, dan tak ada satupun pasangan pengantin baru yang selamat. Bahkan, para kyai sampai paranoramal yang mencoba melindungi pengantin baru di kota itu juga meninggal sangat tragis dan tak wajar. Ada yang bola matanya keluar, telinganya berpindah pada pipi, telapak kakinya menempel di kemaluannya, dan ada pula yang jenazahnya tak bisa dibaringkan karena mulutnya menempel pada kemaluannya.
Sepanjang tahun 2027. Berita Mak Bhutah dan gangguannya tersebar dan menimpa di Kota Bondowoso, Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Kediri, bahkan hampir seluruh Jawa Timur, demikian Kota Jember tempat tinggalku sekarang. Dan, sudah tersebar juga bahwa Mak Bhutah juga sudah merekrut beberapa anak muda untuk menjadi pengikutnya. Dari pengikut-pengikutnya itu Mak Bhutah dapat lebih mudah mencari korban yang diinginkan (darah keperawanan pengantin yang baru menikah). Konon, Mak Bhutah memiliki markas yang berisi anak-anak muda yang ahli dalam IT dan media-media sosial.
Di zaman yang serba teknologi nampaknya Mak Bhutah tidak mau ketinggalan zaman, dari para pengikutnya itu dia mendapatkan banyak informasi siapa saja yang akan menikah dan kemungkinan perawan, hal itu juga didukung keranjingan internet dan media sosial (nomophobia) membuat kaum muda dengan mudah menyebar status hubungan cintanya di media sosial. Kasus-kasus kematian pengantin baru yang tewas mengenaskan tak membuat kaum muda surut untuk bermedia sosial ria, malah tambah jadi, tambah lebay dan alay. Bahkan, meninggalnya salah satu tokoh—yang terkenal punya banyak istri—dengan istri termudanyapun tak membuat mereka ciut. Padahal, sekian tahun sebelumnya, sangat sulit menemukan informasi kisah percintaan anak muda, sebab sebagian besar mereka mahasiswa yang menyuarakan hak-hak kaum tertindas dan perlawanan pada pemerintah yang zalim.
Bersambung…