Feminisme Palsu

Agitasi.id – Konsep palsu merupakan keterangan tentang tidak jujur, curang dan tidak sah. Biasanya kepalsuan digunakan untuk melindungi dirinya, mengharapkan sesuatu tidak sesuai tupoksi sehingga segala hal dilakukan. Misalnya ketika seseorang memiliki luka diwajah, ia bisa menutupi dengan efek filter kamera, tersandinglah keterangan palsu pada prilaku tersebut. Contoh lain, dalam eskalasi kaderisasi organisasi, agar dikatakan hebat oleh segenap kader, ia bercerita tentang proses kebintangannya dengan menguatkan kata “Billahi”.

Billahi reh lek..! mon tang jeman lambek…tak engak setiah.. Red Madura dengan nada cetus.

Bacaan Lainnya

Namun kenyataannya, huruf qosam tersebut hanya topeng agar ketertarikan tentang dirinya bisa mendapatkan strata, dan banyak sekali contoh lain mengenai hal kepalsuan.

****

Feminisme merupakan analisis gender dalam berbagai sketsa. Tidak ada satu kesepakatan tentang definisi dari hal tersebut, pengertiannya selalu berubah-ubah sesuai dengan realitas sosio kultural. Mulai dari pandangan Kamla Bahsin Akhmad yang dikutip Euis Emilia sampai Gadis Ervia, definisi nya berbeda. Terdapat satu titik kesamaan pada setiap pandangan, yaitu terletak pada sistem yang menjunjung tinggi otonomi, persamaan, nilai moral dan kebebasan individu.

Pendekatan yang berpartisipasi langsung dengan hal ini di kampus IAIN Jember terealisasi dengan pola organisasi. Sebagian perempuan percaya tentang aliran sosiologi fungsionalisme, mereka percaya bahwa setiap kelompok masyarakat, memiliki kepentingan (interest) dan kekuasaan (power). Sehingga masuk dalam sebuah organisasi (sistem) di fungsikan sebagai senjata menyelesaikan berbagai macam konflik. Sebagian kecil, para perempuan merasa risih masuk dalam pola organisasi, karena dianggap pemberdayaannya terkesan politis, dan sebagian besar para perempuan ambigu, tidak tau arahnya mau kemana, kemerdekaannya terletak pada skala waktu kuliah saja.

Baca Juga :  JEMBER : KOTA SERIBU GUMUK YANG MULAI REMUK

Pola organisasi perkembangan perempuan sayangnya hanya di optimalkan di organisasi extra saja. Didalam kampus IAIN jember yang disebut organisasi intra, tidak ada wadah mengenai hal ini. Miris bukan? Tidak ada Mentri Perlindungan dan Perkembangan perempuan. Padahal dikampus-kampus kecilpun, ada pemberdayaannya. Dibuktikan dengan kegiatan ospek, didalamnya terdapat wawasan ideologi gender & seks.

Sedangkan, di IAIN Jember tidak ada…

Padahal kepentingan kultural gerakan sosial tentang hal tersebut sangat dibutuhkan. Dikarenakan memang sejak awal tidak ada arahan mengenai hal ini, maka yang lahir ekspresi akun uinkhascantik, iainjemberhits dll. Akun inilah yang sering dipantau oleh pegiat Aktifis Selangkangan. Eskalasi penilaiannya hanya menilai kecantikan dengan ekspresi kemodisan. Sementara ini, tidak ada akun yang memuat khusus prestasi perempuan-perempuan yang unggul mengenai ilmu pengetahuan praktis, produktif, dan teoritis.

(Letak Kepalsuan Pertama, gambaran singkat mahasiswa melupakan fungsinya)

***

Pada umumnya orang berperasangka bahwa feminisme adalah pemberontakan upaya melawan pranata sosial. Namun jika dikupas secara rinci, feminisme ini merupakan aliran pemikiran atau aliran tunggal. Mengapa demikian? Ia, dikarenakan setiap orang yang mengaplikasikan semangat feminisme tidak satu frekuensi dalam artian tidak satu paradigma, tidak satu teori mereka memakai ideologi berbeda-beda. Letak aliran tunggalnya, terletak pada kepedulian dalam memperjuangkan nasib perempuan.

Menyoroti teori feminisme, teori ini selalu dikoarkoarkan oleh para aktivis khususnya perempuan yang notabennya Mahasiswi (jantung peradaban). Singkat kata secara pengamatan intensitas kami, teori feminisme dikalangan iain jember hanya diterapkan diskala ceremonial saja. Tentunya hal ini dengan beberapa real pembuktian:

1. Advokasi perempuan, mentok hanya orasi dalam waktu demonstrasi (itupun hanya kegiatan berlangsung, sebelum orasi sangat minim menggalih data sedetail mungkin)

Baca Juga :  MELIHAT PEMIMPIN KITA! LEADERSHIP IS ACTION, NO POSITION

2. Dalam Pembahasan Diskusi Ranah Keilmuan: Hanya menjunjung tinggi hak gender feminisme saja, tidak mengupas tuntas tentang diksi-diksi feminisme lainnya. Kajian agama keperempuanan mentok bab haid, fiqh perempuan hanya dibahas tentang kepemimpinan perempuan selebihnya didukung kajian fakultatif menurut fakultas.

3. Citra Feminisme sering diabsenkan dengan penuntutan hak namun lupa akan kewajibannya.

Ketiga kerangka inilah yang menjadi letak kepalsuan kedua yang membutuhkan siklus penanganan. Karena jika situasi ini tidak ditangani maka akan timbul situasi vulnerability (kerentanan) dan hazard (bahaya).

Setiap tulisan, memaparkan masalah sesuai dengan pandangannya. Pemaparannya membandingkan sekian banyak nilai yang kemudian merekomendasikan taktik (nilai terbaik). Berikut rekomendasi dari penanganan kepalsuan tersebut:

1. Mengoptimalkan fungsionalisme anasirut tagyir (agen positif) dengan kerangka upgrade keilmuan.

2. Mencapai the need for achievement bahwa setiap individu membutuhkan prestasi.

3. Meningkatkan liberasi dari segala bentuk penindasan baik secara struktural, personal dan kelas, tentunya dengan lebih kritis.

Dengan rekomendasi inilah diharap bisa memperbaiki dan mengontrol cara kita menangani kepalsuan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *