Dilema Ketergantungan Mahasiswa UIN KHAS Jember terhadap Teknologi AI : Tantangan Etika dan Pembelajaran

Ilustrasi : Agitasi/Alfa Reza

AGITASI.ID – Ketergantungan mahasiswa terhadap teknologi Artificial Intelligence (AI) telah menjadi subjek perdebatan yang kompleks dalam beberapa waktu terakhir. Tantangan baru bagi kampus Islam, seperti Universitas Islam Negeri Kiai Haji Ahmad Siddiq (UIN KHAS) Jember untuk menciptakan mahasiswa kritis dan analitis.

Meskipun teknologi AI memberikan kemudahan dalam meningkatkan intelektual. Namun terdapat dilema etika dan pembelajaran yang perlu dipertimbangkan secara serius. Sebab hal ini akan menjadi penghambat kemajuan kualitas dan mutu mahasiswa.

Bacaan Lainnya

Salah satu aspek yang menonjol dalam ketergantungan mahasiswa terhadap teknologi AI di UIN KHAS Jember, yakni ada pada kemudahan akses informasi. Mahasiswa dapat dengan cepat mendapatkan materi pembelajaran, bantuan tugas, dan solusi masalah akademik melalui berbagai aplikasi dan platform AI.

Sehingga pemikiran kritis mereka menjadi lemah. Hal ini juga akan menimbulkan pertanyaan mengenai orisinalitas dan keaslian karya akademik mahasiswa, serta potensi plagiarisme dalam tugas dan karya ilmiah.

Hal ini mendapat tanggapan dari seorang guru besar Fasilkom UI, Prof. Dr. Wisnu Jatmiko, M. Kom.Eng., dalam sebuah Webinar yang diadakan Universitas Indonesia (UI) Bertajuk “Etika Artificial Intelligence Penggunaan ChatGPT di Lingkungan Akademik”. Beliau menuturkan bahwasanya penggunaan AI dapat menumpulkan pemikiran kritis dari mahasiswa dan merupakan tindak laku plagiarisme.

“Jika jawaban dari seluruh pertanyaan selalu tersedia di ujung jari mereka, mereka merasa tidak perlu berpikir sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa meminta ChatGPT (salah satu aplikasi AI) untuk menuliskan esai untuk mereka, hal itu tidak hanya membuat kurangnya pemikiran asli, tetapi juga merupakan bentuk plagiarisme,” tutur Prof. Wisnu.

Baca Juga :  Kampus Serampangan, Mahasiswa Jengkel

Selain itu, ketergantungan terhadap teknologi AI juga menimbulkan tantangan dalam pengembangan keterampilan kritis dan analitis mahasiswa. Dengan terlalu mengandalkan mesin untuk melakukan analisis dan pemecahan masalah.

Mahasiswa akan kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis secara mandiri. Hal ini dapat menghambat perkembangan intelektual mereka dalam jangka panjang dan menurunkan kualitas pemikiran mereka.

“Teknologi AI menurut saya bagus, itu dapat membantu tugas saya lebih cepat dan lebih praktis, hebatnya lagi itu tidak terdeteksi oleh turnitin,” kata salah satu mahasiswa aktif di UIN KHAS Jember.

Dilema lain yang muncul adalah dalam hal privasi dan keamanan data mahasiswa. Penggunaan teknologi AI dalam proses pembelajaran dapat memunculkan masalah terkait privasi data pribadi mahasiswa.

Pertanyaan mengenai siapa yang mengakses data mahasiswa, bagaimana data tersebut disimpan dan digunakan, serta bagaimana mencegah penyalahgunaan data menjadi penting untuk dipertimbangkan secara serius.

Dengan begitu seorang guru besar fakultas hukum Universitas Padjajaran Prof. Dr. Sinta Dewi, S.H., LLM,. Beliau mengutarakan bahwa teknologi AI memunculkan tantangan tersendiri terhadap perlindungan data pribadi. Sebab teknologi AI dapat membuat sejumlah data pribadi dapat diakses.

“Jadi pembahasan tentang kemajuan teknologi sekarang harus memenuhi prinsip-prinsip perlindungan dari hak asasi manusia, karena kalau ini dibiarkan ini akan membahayakan manusia itu sendiri,”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *