DARI PADA MATI KELAPARAN, LEBIH BAIK MATI PERANG

Jember, agitasi.id – Tema ini mempunyai makna yang sangat dalam. Sebuah slogan yang secara tak sadar di lontarkan oleh seorang warga yang di desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Saat itu pula terdapat beberapa warga turut berkumpul untuk melaksanakan diskusi mengenai keberlanjutan ekosistem yang sedang dilanda problem agraria.

Disini saya mencoba untuk mengungkap sebuah slogan, yang pada tulisan ini saya jadikan tema dan benar-benar akan menjadikan sebuah kekuatan yang tidak main-main kepada masyarakat Kepanjen.

Bacaan Lainnya

Desa Kepanjen adalah desa yang terletak di pesisir selatan pulau jawa yang mana mayoritas masyarakat disana dalam kesehariannya berpenghasilan dari laut dan lahan pertanian. Salah satu orang mengatakan bahwa, jika sudah tidak ada akses untuk berlayar dan lahan pertanian sudah habis, maka mereka bisa tidak dapat penghasilan, akibatnya mereka akan mengalami keterpurukan ekonomi dan krisis moneter.

Semenjak adanya industri tambak udang yang datang ke desa Kepanjen tersebut masyarakat mulai mengalami sebuah ketidak nyamanan, hal demikian dibuktikan dengan adanya penolakan terhadap pembangunan tambak udang. Penolakan ini bukan lantas menurunkan atau menghentikan pembangunan tambak udang, melainkan semakin tahun semakin bertambah pembangunan tambak udang di wilayah yang berdekatan. Usaha demi usaha telah masyarakat lakukan, namun tidak ada sebuah penyelesaian dari pemerintah terkait penolakan warga Kepanjen. Akibat dari pembangunan tambak udang tersebut beberapa masyarakat kehilangan ternaknya, penyebabnya adalah limbah yang dihasilkan oleh tambak udang yang dimakan oleh ternak sehingga banyak yang mati begitu saja.

Baca Juga :  KPK ENDGAME; (Setelah Cicak VS Buaya-kini Masa baru KPK)

Tambak udang sangat tidak cocok untuk dibangun di desaKkepanjen dikarenakan akan menghancurkan wilayah pesisir pantai. Perlu diketahui bahwa adanya tambak udang bukan malah membantu perekonomian masyarakat melainkan akan menutup perekonomian masyarakat. Semua itu dibuktikan dengan adanya sebuah upaya masyarakat setempat yang dulu sudah melakukan reboisasi pantai, agar terhindar dari abrasi dan menjaga ekosistem laut agar tetap lestari keberadaanya. Tapi semenjak semakin melebarnya tambak udang, beberapa jenis tanaman yang sudah ditanam masyarakat lenyap akibat proyek tambak udang tersebut.

Disisilain yang menyebabkan masyarakat resah dengan adanya tambak udang adalah, limbah tambak yang di buang kesungai sembarangan mencemari sungai dan laut. Walau tambak itu yang mempunyai sertifikat ramah lingkungan akan tetapi dalam proses yang sebenarnya tidak ada ramah-ramahnya sekali terhadap lingkungan sekitar. Parahnya, tidak adanya iktikad baik dari pihak tambak untuk memperbaiki lingkungan atau air sungai yang sudah keruh.

Masyarakat Kepanjen berani meninggalkan pekerjaannya bahkan mereka berani untuk berperang demi mempertahankan ekosistem daerahnya. Landasan yang mereka gunakan bukan hanya yang terpatron pada materil saja, melainkan keberlanjutan ruang hidup mereka beserta anak cucunya nanti. Mereka tidak mempedulikan siapa yang akan menjadi musuh mereka dalam mempertahankan ruang hidupnya dan mereka akan terus berusaha bagaimana caranya agar anak cucu mereka tetap bisa merasakan ruang hidup yang sehat. Mereka berpendapat bahwa menanam atau melakukan reboisasi adalah sebuah bentuk ikhtiar kami, menjaga dan meminimalisir hadirnya sebuah bencana. Dikarenakan pantai selatan adalah wilayah pantai yang rentan terjadi bencana, dan mereka tidak ingin itu terjadi kepada mereka serta anak cucunya.

Penulis : Muhammad Fajar Adalah Aktivis Lingkungan Jember

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *