ANALISIS RESPONSIF WARGA BANYUWANGI KOTA, SELAMA PPKM BERLANGSUNG

Agitasi.id – Semenjak orang nomor 1 kita, presiden Joko Widodo menginstruksikan kebijakan adanya PPKM di jawa-bali dari tanggal 3-20 Juli 2021, banyak sekali masyarakat menengah bawah termasuk pedagang kecil merasa kurang beruntung atas kebijakan tersebut. Sebab, kebijakan yang di sampaikan oleh presiden kita tidak seimbang dengan keadaan masyarakat yang berusaha untuk mencari keuntungan khususnya di sektor perdagangan. Pemerintah pun tidak memiliki solusi atas kebijakan tersebut, contohnya masyarakat di perbolehkan untuk membuka warung/toko maksimal sampai jam 20.00 wib sehingga masyarakat kebingungan bagaimana cara untuk mencari uang untuk nafkah untuk diri sendiri dan keluarganya. Analisa tentang adanya PPKM Darurat mulai dilakukan di daerah Banyuwangi kota dan sekitarnya.

Banyuwangi masuk zona merah dalam kasus warganya terinfeksi Covid-19 dengan adanya PPKM memasuki babak ke-2 setelah PSBB. Saya mulai sedikit menganalisis beberapa keadaan masyarakat yang ada di Banyuwangi kota ini selama PPKM berlangsung.

Semenjak saya masuk PPL tanggal 5 Juli di lokasi Dinas Sosial yang ada di Kecamatan Giri ini Desa Mojopanggung Kabupaten Banyuwangi, Bupati Banyuwangi (Ipuk Fiestiandani Azwa Anas) menginstruksikan kebijakan yang sudah di nyatakan oleh presiden selama PPKM berlangsung. Termasuk dibukanya warung kelontong dan pedagang kaki lima hingga pukul 20.00. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi adanya lonjakan virus Covid-19. Selain itu juga dilakukan upaya pemadaman jalanan di daerah kota termasuk taman-taman kota demi mencegah timbulnya keramaian.

Kebijakan pemerintah dengan adanya PPKM Darurat ini menjadi boomerang bagi masyarakat banyuwangi, justru dari kebijakan tersebut membuat warga sekitar Banyuwangi merasa resah karena kurangnya pendapatan mereka dalam berdagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yakni sandang dan pangan. Apalagi ada beberapa masyakat yang bercerita kepada saya dengan inisial (ch) adanya PPKM ini tidak membuat kabar bahagia bagi mereka, justru malah membuat masyarakat kecil (pedagang warung/kaki lima) semakin susah untuk memperoleh pendapatan untuk keluarganya. Di tambah lagi adanya pemadaman lampu di daerah kota membuat phobia bagi mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti dari masyarakat.

Baca Juga :  Rektor UIN KHAS Teken Pakta Integritas Masa Aksi, Hati-Hati Para Penyimpang!

Mendengar keluhan seperti itu saya sendiri merasa kasihan dan prihatin dengan kebijakan ini dan keluh kesah masyarakat sekitar Banyuwangi. Saya juga memohon kepada pemerintah untuk memberikan kibijakan dan serta solusi yang baik untuk rakyatnya. Agar rakyat juga senang, jangan hanya memberikan instruksi yang bersifat menekan tapi tiada solusi yang tepat. Karena kita bukanlah pejabat yang dengan hanya bekerja duduk di depan komputer serta istirahat lanjut dan pulang terus digaji di akhir bulan. Kami bukanlah seperti itu yang dengan mudahnya mendapatkan uang, kami hanya segelintir orang-orang susah yang memperoleh uang sebesar 10.000 pun sehari susahnya minta ampun, karena adanya itu rakyat akan semakin sengsara dan bisa jadi semakin geram dengan pemerintah sekarang.

Ada lagi mengatakan inisial (dv) semenjak kebijakan PPKM ini di keluarkan tanggal 5 Juli sampai sekarang justru semakin susah saya untuk berjualan dan memperoleh pendapatan serta membantu anak saya untuk sekolah daring dikarenakan situasi sulit seperti ini mas, ucapnya.

Termasuk kejadian yang terjadi dilakukan oleh aparat kemanan seperti Patpol PP dan Kepolisian yang ada di wilayah medan, makassar dan kota-kota besar yang mereka sampai merusak dan merobohkan warung/toko para warga karena tetap membuka warung makanannya untuk mendapatkan uang, ya saya sendiri sebagai warga/rakyat memohon kebijakan pemerintah agar jangan sampai aparat bersifat represif dan arogan dalam menjalankan tugas selama PPKM berlangsung, masih banyak cara yang lebih baik dari pada merusak tempat/warung dagangan mereka, kasihanilah mereka juga orang-orang kecil yang juga berusaha untuk mencari nafkah dari itu.

Semoga dengan adanya peristiwa, kegaduhan dan kegelisahan rakyat dan masyarakat sekitar membuat hati nurani pemerintah sadar, karena imbasnya yang terjadi yakni kepada masyarakat pula di selurauh indonesia.

Baca Juga :  PKS Positif Oposisi, Pengamat : Oposisi Biasanya Duafa dan Kere

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *