AGITASI.ID – Palestina merupakan sebuah negara yang terletak di bagian barat Asia dan bagian pantai timur Laut Tengah. Dikenal sebagai negara yang tidak diakui kedaulatannya oleh PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), Palestina memang tetap terjajah dari perang dunia pertama sampai sekarang.
Bukan sebuah rahasia publik lagi, 1 bulan sudah pertempuran antara Palestina dan pasukan Israel yang menyerang Gaza pada awal Oktober 2023 sampai sekarang belum usai. Akibat dari penyerangan brutal tersebut, Palestina bak lautan darah akibat pengeboman yang tiada ampun diluncurkan ke daerah Gaza.
Setiap sudut perumahan di jalur Gaza hancur berkeping tiada sisa, diantara reruntuhan bangunan tersebut terdapat beberapa warga sipil Palestina yang terluka ataupun sudah wafat dengan tragis. Lebih kejinya lagi, Israel yang membabi buta menyerang anak-anak dibawah umur, ibu hamil, bahkan janin yang menjadi korban dari gencatan senjata Israel.
Dengan adanya pertumpahan darah tersebut tergerak rasa kemanusiaan, dari berbagai negara menyuarakan kebebasan Palestina, salah satunya dengan menyuarakan simbol buah keabadian Palestina, yaitu buah Semangka. Simbol buah semangka menjadi trending karena diyakini sebagai bentuk dukungan Pro-Palestina.
Berbagai sosial media mulai dari Instagram, TikTok, Twitter, dan lain sebagainya dihebohkan dengan suara kemanusiaan berupa simbol buah Semangka tersebut. Dilansir dari kanal YouTube Kasih Palestina, ada beberapa alasan yang harus diketahui mengenai keterkaitan buah Semangka dengan pro-Palestina yang menjadi simbol perlawanan terhadap Israel.
Pertama, buah semangka yang mempunyai warna dasar merah, putih, hijau untuk kulitnya, dan hitam bijinya sama halnya dengan bendera Palestina yang berwarna merah, putih, hijau, dan hitam. Oleh karena itu, warna dari buah semangka otentik dengan bendera Palestina.
Kedua, perang yang terjadi selama kurang lebih 6 hari pada tahun 1967 antara Arab dan Israel mengakibatkan ancaman dan larangan dari Israel terhadap publikasi simbol-simbol yang berkaitan dengan negara Palestina, salah satunya bendera Palestina.
Fakta menarik dari tercetusnya semangka sebagai simbol perlawanan Palestina ini ternyata bukan ide dari warga Palestina sendiri, melainkan perkataan dari tentara Israel yang bertugas menutup salah satu galeri seni Palestina, banyak seni menggunakan warna dan simbol bendera Palestina. “Bahkan jika kamu membawa buah Semangka sekalipun, kami akan menyitanya. Jadi ide tentang semangka itu datang dari tentara Israel, bukan dari kami,” ungkap Sliman Mansour seorang pelukis Palestina.
Ketiga, Buah Semangka tumbuh di beberapa titik Palestina dengan subur, sehingga Palestina merupakan negara pemasok Semangka terbesar di dunia. Beberapa negara diberbagai belahan dunia sudah menggunakan simbol buah Semangka sebagai bentuk rasa kemanusiaan dan menuntut kekejaman Israel terhadap warga sipil di Palestina yang menjadi korban.
Dengan menggunakan simbol Semangka tersebut, juga bisa menggagalkan fitur pemblokiran atau sensor algoritma pada sejumlah sosial media yang menyuarakan dukungan terhadap Palestina. Namun, pandangan orang di dunia tidak selalu searah dan sama mengenai simbol semangka sebagai bentuk perlawanan terhadap Israel. Beberapa diantaranya menyatakan dengan menggunakan simbol Semangka sebagai Pro-Palestina, akan menimbulkan jatuhnya martabat kebangsaan Palestina sendiri.
Bendera yang dijaga, berharga, dan merupakan simbol nasional sebuah negara, tidak layak rasanya apabila diganti dengan simbol semangka. Simbol Semangka itu secara tidak langsung menghilangkan identitas asli bendera Palestina.
Dibalik sebuah argumen pro dan kontra tersebut, lebih baik kita bijak dalam melakukan sebuah tindakan. Bukan saatnya terpecah belah karena ketidaksatuan pemikiran, lebih baik melihat lebih dalam niat yang terselubung dari setiap tindakan. Ada yang membuka donasi, ada yang mengadakan doa bersama untuk Palestina, bahkan mentrendingkan simbol Semangka sebagai bentuk perlawanan Palestina dengan tujuan dan niat yang sama, yaitu Pro-Palestina, kecaman kepada Israel terhadap kemanusiaan yang terjajah di bumi Palestina.(*)
Penulis : S.A Alucard